Logo DW

Hidup Sunyi Orang dengan Gangguan Jiwa

HRW/Andrea Star Reese
HRW/Andrea Star Reese
Sumber :
  • dw

Apa yang bisa kita lakukan bila memiliki anggota keluarga ODGJ? Yang terpenting tentunya berkonsultasi dengan dokter ahli jiwa. Terapi dan obat-obatan bisa membantu kualitas hidup ODGJ agar gejala psikosis bisa ditekan atau dihilangkan sama sekali.

Selain itu tentunya dengan menerima dan menghargai ODGJ sebagai manusia yang memiliki kondisi tertentu sehingga kadang sulit dalam berinteraksi, terutama saat gejala psikosis menyerang.

Yang pasti, jangan langsung mengasingkan ODGJ dan menganggap mereka sebagai sebuah kutukan yang harus dihindari. Cobalah memahami keadaan mereka, karena sama seperti semua orang, ODGJ juga membutuhkan interaksi dengan sekelilingnya. Malah, mungkin lebih membutuhkan dari mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut.

Dukungan merupakan hal yang sangat krusial bagi ODGJ. Bila ia anggota keluarga, pelajari lebih jauh tentang jenis gangguan mental yang ia miliki. Luangkan waktu untuk mengenali gejala psikosis dan bagaimana cara menghadapinya saat episode psikosis berlangsung. Kasih sayang dan dukungan akan membuat ODGJ merasa nyaman dan membantu dalam proses pemulihan dari gejala psikosis.

Hal itu juga berlaku dengan sikap kita di ruang publik. Janganlah menjadikan ODGJ sebagai olok-olokan di media sosial. Contohnya, dengan membuat meme-meme yang menjadikan ODGJ sebagai obyek. Atau langsung nyinyir ketika kebetulan membaca di media sosial ada yang mengaku depresi dan punya keinginan bunuh diri.

Meski kedengarannya seperti dramatisasi dan bernuansa caper, bisa jadi mereka memang punya penyakit gangguan mental. Sikap kita yang memojokkan berpotensi membuat mereka melakukan tindakan yang fatal, hingga sampai titik terendah akhirnya mengambil jalan bunuh diri. Dan ini bukannya tak pernah terjadi.

Penyakit gangguan mental banyak mengambil korban jiwa, salah satunya lewat jalan bunuh diri. Yang menyedihkan, banyak juga mereka yang bunuh diri mencari "pertolongan” di tempat yang salah, seperti di ruang publik yang disediakan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Sayangnya, tetap berakhir tragis dengan bunuh diri.