Logo DW

Hidup Sunyi Orang dengan Gangguan Jiwa

HRW/Andrea Star Reese
HRW/Andrea Star Reese
Sumber :
  • dw

Begitu berat penyakit gangguan mental yang diderita, ia kerap mengalami gejala psikosis yang membuat resah kedua orangtua, dan tak jarang membuat malu keluarga. Ketika mencapai puncaknya, tanpa pengetahuan yang memadai, ia bukannya dibawa ke rumah sakit jiwa, tapi dibawa ke semacam rumah peristirahatan bagi orang-orang mengalami luka batin yang dikelola oleh seorang pendeta.

Di sana ia diberikan layanan religi dan spritual disertai obat-obatan namun tak dilakukan diagnosa yang cermat dan mendalam oleh dokter ahli jiwa. Hingga akhirnya ia meninggal karena stroke, terasing di tempat jauh dari keluarga.

Di berbagai tempat di Indonesia, penderita gangguan mental kerap mengalami nasib yang jauh lebih buruk dibandingkan mendiang kakak saya. Banyak ODGJ yang menjalani hidup dengan cara dipasung.

Pasung adalah praktik merantai ODGJ dan mengurungnya di dalam ruangan. Cara ini dilakukan agar ODGJ yang dipasung tidak berkeliaran dan mengganggu. Hingga Juli 2018, menurut catatan Kementerian Kesehatan ada 12.382 ODGJ yang hidup dalam pemasungan. Angka tersebut belum termasuk dengan pasung yang terjadi di wilayah-wilayah terpencil. Belum lagi banyak terjadi ODGJ yang telah bebas pasung kembali dipasung karena tidak adanya layanan pendukung.

Praktik pasung ini jelas sangat tidak memanusiakan dan melanggar hak asasi manusia. Menurut catatan Human Rights Watch, pemasungan yang paling lama di Indonesia terjadi pada seorang wanita yang dikurung dan dipasung selama 15 tahun! Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan praktik pasung sebagai penanganan ODGJ yang tak manusiawi, dan sempat melancarkan kampanye "Indonesia Bebas Pasung 2014”. Sayangnya, karena pemahaman yang kurang soal kesehatan mental, praktik pasung ini masih bisa ditemui di Indonesia.

Sikap mengasingkan ODGJ karena ada stigma bahwa "kegilaan” mereka terjadi karena adanya beragam pandangan buruk, misalnya ada keyakinan kondisi tersebut terjadi karena kerasukan setan, atau karena dosa-dosa yang dilakukan orangtuanya, atau karena pernah melakukan tindakan amoral, atau sesederhana karena tak memiliki iman yang kuat.

Karena adanya pandangan buruk ini, keluarga yang memiliki ODGJ cenderung merasa malu dan berusaha untuk menyembunyikan ODGJ dari interaksi dengan orang lain. Apalagi bila terjadi di keluarga yang tinggal di daerah terpencil dengan tingkat pendidikan yang rendah, pasung akhirnya menjadi solusi akhir bila dukun atau tabib tak bisa mengubah keadaan.