Logo DW

Radio Nelayan Ganggu Penerbangan Internasional, Kok Bisa?

picture-alliance/dpa/B. Settnik
picture-alliance/dpa/B. Settnik
Sumber :
  • dw

Radio bisa menjadi teman baik kita dalam perjalanan saat hendak pergi menuju kantor atau ketika pulang ke rumah setelah lelah bekerja. Ketika penat menghadapi kemacetan, ocehan dan kelakar para penyiar radio serta lagu-lagu favorit pun menjadi hiburan tersendiri bagi yang mendengarkan, baik di dalam mobil atau melalui smartphone.

Selain digunakan untuk siaran komersial, radio juga menjadi salah satu alat untuk berkomunikasi. Angkatan darat, laut dan udara menggunakan radio untuk berkomunikasi mengirim pesan. Teknologi yang pertama kali ditemukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1894 ini juga menjadi sarana penting dalam dunia penerbangan kini. Radio menjadi media utama komunikasi pilot dengan ATC (air traffic controller) saat hendak lepas landas maupun saat akan melakukan pendaratan.

Cara kerja radio yakni dengan memutar hasil pengiriman sinyal gelombang elektromagnetik ke dalam bentuk audio. Radio pun terbagi atas dua macam frekuensi yakni AM dan FM, yang saat ini sering kita dengar. Namun apa jadinya jika radio justru mengancam keselamatan sebuah perjalanan?

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, menyampaikan pihaknya menerima banyak keluhan soal kebocoran frekuensi radio yang digunakan para nelayan dan menyebabkan gangguan komunikasi para pilot dalam penerbangan internasional.

Sebut saja seperti percakapan pribadi melalui handy talkie hingga dendangan musik dangdut yang bocor masuk ke saluran komunikasi pilot.

"Nelayan banyak menggunakan perangkat tidak sesuai spesifikasi yang mengganggu sistem navigasi pesawat. Sampai di pilot terdengar suara radio dangdut. Kita dikomplain oleh penerbangan internasional," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemkomimnfo, Ismail, dilansir dari Liputan6.com.

Suara-suara tersebut ‘bocor' terdengar oleh pilot saat akan mendaratkan pesawat. Hal ini dinilai berbahaya karena dapat menutup jalur komunikasi pilot dengan ATC dan berpotensi menimbulkan kecelakaan. Diduga para nelayan tersebut membuat radio rakitan secara 'serampangan' dan menggunakan penguat sinyal ilegal yang diperjualbelikan secara bebas melaui situs jual beli online.