Kebakaran di Gunung Merbabu Bikin Kekeringan di Boyolali Makin Parah

Kekeringan di Boyolali.
Sumber :
  • Dwi Royanto/VIVAnews.

VIVA – Kebakaran yang melanda Gunung Merbabu dinyatakan telah padam pada Senin 30 September 2019. Namun, dampak kebakaran tersebut mengakibatkan pipa air bersih sejumlah desa yang berada di lereng gunung itu terputus.

Anggota DPR RI Ida Fauziyah Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Kemayoran

Dari pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, api yang selama tiga pekan membakar Gunung Merbabu sempat membuat saluran di kawasan sumber air atau Tuk Sipendok terbakar. Sehingga enam desa yang memanfaatkan sumber mata air tersebut mengalami krisis air bersih. 

"Ada enam Desa yang mengalami krisis air bersih, yakni Desa Ngagrong, Kembang dan Seboto di Kecamatan Gladagsari (dulu Ampel). Kemudian Desa Jeruk dan Senden di Kecamatan Selo serta Desa Kembangkuning di Kecamatan Cepogo," ujar Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo saat di konfirmasi VIVAnews, Selasa 1 Oktober 2019.

Akibat Bakar Sampah, 3 Lapak Pedagang di Pasar Sentiong Tangerang Ludes Terbakar

Pemerintah Kabupaten Boyolali juga telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tanggap darurat kebakaran selama 13 hari, mulai 13 hingga 25 September 2019. Namun, melihat kondisi krisis air yang belum teratasi hingga kini, SK tanggap darurat kebakaran hutan Gunung Merbabu itu terus diperpanjang hingga tanggal 31 Oktober 2019.

"Yang pertama tanggal 13 sampai 25 September, kemudian melihat kondisi kita perpanjang hingga 31 Oktober," ujarnya.

Mengenal Manfaat Spiritual di Balik Air Bersih dan Murni

Dijelaskannya, dalam masa tanggap darurat tersebut BPBD telah melakukan droping air bersih sebanyak 19 tangki air ke enam desa yang terdampak kebakaran Gunung Merbabu. Selain itu, ia juga bersama dengan masyarakat saat ini sedang memperbaiki saluran air yang terbakar. 

Kekeringan panjang

Selain memperpanjang darurat kebakaran Gunung Merbabu, Pemkab Boyolali juga telah memperpanjang status tanggap darurat kekeringan.

Menurut Sinung, kemarau di Boyolali masih akan berlangsung hingga akhir Oktober. Sedangkan perkiraan hujan baru akan turun pada November 2019.

"Awalnya hanya sampai akhir September saja, namun hingga sekarang hujan belum turun di Boyolali," ungkapnya.

Pertimbangan memperpanjang tanggap darurat kekeringan tersebut, Sinung menjelaskan, lantaran adanya surat dari BMKG tentang perkiraan musim penghujan di Boyolali yang baru akan turun hujan pada bulan November 2019.

"BMKG memperkirakan bahwa untuk daerah sebagian Jawa Tengah termasuk di Boyolali ada pengunduran tiga dasarian perkiraan hujan. Tiga dasarian sama dengan 30 hari," jelas Sinung.

Dalam penanganan kekeringan, BPBD Boyolali telah menyalurkan bantuan atau droping air bersih sebanyak 768 tangki per 30 September 2019 lalu. Jumlah tersebut baik dari anggaran APBD Boyolali maupun bantuan pihak ketiga seperti bantuan dari perusahaan, stakeholder maupun komunitas masyarakat.

Adapun daerah yang mengalami kekeringan setiap musim kemarau di Boyolali berjumlah 39 desa yang tersebar di 12 Kecamatan. Paling parah ada di  Kecamatan Juwangi, Kemusu, Klegi, Andong, Karanggede, Wonosamodro, Musuk dan Tamansari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya