Jatuh Bangun Korban Tsunami Palu Pulihkan Kehidupan
- abc
Kehilangan pekerjaan dan anggota keluarga yang dicintai adalah dua nestapa yang harus dihadapi Daegal Aristo setelah gempa dan tsunami menerjang kota tempat tinggalnya, Palu. Kondisi keuangan keluarganya pun ikut memburuk. Berbagai cara diupayakan agar mampu bertahan.
Di sisi lain, bencana Palu menyibak fakta bahwa ilmu pengetahuan dan teknololgi belum mampu bersaing dengan kecepatan tsunami. Daegal Aristo Dwiputra (26) ingat betul detik-detik saat gempa menerjang Palu, Sulawesi Tengah. Sore nahas itu, ia berada di ruangan kantornya.
"Saya ada di kantor mau persiapan ke masjid. Belum sempat keluar dari ruangan, gempa pun mengguncang."
"Sebelum rubuh, saya sudah sempat lari keluar dengan menggendong rekan kerja saya yang saat itu terjatuh saat berlarian keluar dari gedung kantor yang sekarang kondisinya hancur lebur," cerita Daegal kepada ABC.
Kantor Daegal terletak tak jauh dari Palu Grand Mall, yang berada di pinggir pantai.
"Lepas lihat tsunami, saya berlari ke rumah, jarak sekitar 7-8 km. Dan herannya tidak merasa kelelahan," kenangnya. Hari itu hingga keesokannya, Daegal kesulitan memejamkan mata, ia merasa khawatir sepanjang waktu.
Kondisi rumahnya yang tak mungkin kembali ditinggali membuat Daegal dan keluarganya tinggal di pengungsian selama 1 bulan 13 hari. Akibat bencana itu, ia kehilangan seorang saudara sepupu. Beruntung, seluruh keluarga intinya selamat tanpa terkecuali.