Pengamat Unair Sebut Aksi Mujahid 212 Manfaatkan Gerakan Mahasiswa
- Fajar GM/VIVA.co.id
VIVA – Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Kacung Marijan, menilai aksi Mujahid 212 yang digelar ribuan orang di Jakarta pada Sabtu ini, 28 September 2019, bukan bagian dari gelombang demonstrasi yang dilakukan oleh elemen mahasiswa sebelumnya. Aksi Mujahid 212 hanya memanfaatkan momentum, karenanya tuntutan yang disuarakan berbeda.
"Itu efek yang lain (dari aksi mahasiswa). Pertanyaannya, apakah mahasiswa akan mendukung gerakan massa yang baru ini? Saya kira tidak. Saya kira mahasiswa tidak akan terjebak," kata Kacung di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu, 28 September 2019.
Aksi Mujahid 212, lanjut Kacung, digerakkan oleh semangat islamisme. Dari simbol dan atribut yang dibawa dalam berdemonstrasi sudah kelihatan berbeda dari unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa beberapa hari sebelumnya. "Yang diperjuangkan juga beda (dari aksi mahasiswa)," tegasnya.
Kacung menuturkan, setiap aksi besar-besaran sudah pasti ada efek-efek yang lain. Maka itu upaya penunggangan oleh kelompok di luar massa besar amat sulit dihindari. Tapi dia meyakini gelombang aksi yang dilakukan mahasiswa beberapa hari lalu murni dan tidak keluar dari tuntutan utamanya.
"Di mana-mana gerakan pasti selalu ada free rider (orang atau kelompok yang memanfaatkan situasi tanpa kontribusi; penunggang). Mau di negara manapun, free rider itu pasti ada. Jadi mereka hanya menumpang momentum, dipakai mengkritisi pemerintah dan DPR. Jadi soal waktunya saja," ujar Kacung.
Menurutnya, yang diperjuangkan mahasiswa ialah perbaikan sistem yang mulai melenceng, bukan figur atau individu pemimpin. Karena itu mahasiswa hanya menyuarakan penolakan UU KPK, RKUHP, dan RUU-RUU lainnya yang dinilai tidak pro rakyat, tidak sampai pada tuntutan menurunkan Jokowi.
Diberitakan, ribuan orang gabungan dari organisasi kemasyarakat Islam berdemonstrasi dengan tajuk Aksi Mujahid 212 Selamarkan NKRI di depan Istana Negara, Jakarta, pada Sabtu ini. Isu yang dibawa agak berbeda dengan gerakan mahasiswa sebelumnya. Dalam aksi Mujahid 212, muncul suara turunkan Jokowi dari orator aksi.
Di antaranya dilontarkan salah satu tokoh aksi Mujahid 212, Sugi Nur Raharja alias Gus Nur. "Kalau mundur sekarang, saya yakin umat, masyarakat Indonesia ini, walau pun sesakit-sakitnya hatinya, akan memaafkan," katanya di area Bundaran Patung Kuda, Jakarta.