Besok, RI-Jepang Teken Kesepakatan Awal Proyek Kereta Jakarta-Surabaya

Anak-anak bermain di rel kereta api yang belom dioperasionalkan di daerah Klender, Jakarta, Selasa, 9 April 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengungkapkan, Pemerintah Indonesia dan Jepang, akan menandatangani nota kesepahaman atau MoU pembangunan kereta Jakarta-Surabaya.

Gus Yahya: Masyarakat Perlu Dengar Penjelasan Pemerintah soal PPN 12 Persen

Kesepakatan kerja sama awal itu, tidak hanya pembangunan melainkan penggunaan tingkat komponen dalam negeri yang lebih besar.

"Besok, kita akan tanda tangan dengan pemerintah Jepang, MoU untuk kereta cepat Jakarta-Surabaya," kata Budi di sela acara penyerahan sertifikat insinyur perkeretaapian di Kemenhub, Jakarta, Senin 23 September 2019.

Disahkan Pemerintah, Ini Struktur Kepengurusan PMI di Bawah Jusuf Kalla

Dia mengatakan, dalam pembangunan kereta Jakarta-Surabaya itu, insinyur Indonesia sebetulnya juga sudah dilibatkan melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak awal. 

Dalam proses feasibility studies, insinyur Indonesia di BPPT juga memberikan masukan meskipun Japan International Corporation Agency (JICA) adalah pelaksananya.

Pemerintah Terapkan Kenaikan PPN 12 Persen dengan Asas Keadilan dan Gotong Royong

"Insinyur KA yang ada di Kemenhub, juga memberikan masukan pada mereka, sehingga itu terlibat," kata dia.

Dia menegaskan, pemerintah akan meminta dalam pembangunannya bahwa TKDN harus lebih tinggi. Selain itu, kontraktor Indonesia juga harus dilibatkan agar ada transfer pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan itu.

"(TKDN) Kita maunya minimal 40 persen kalau bisa lebih, enggak tau nanti seperti apa (dalam kesepakatan)," kata dia.

Dia pun mengungkapkan, kemampuan Indonesia dalam penyediaan prasarana kereta api sudah cukup mumpuni seperti pembangunan bantalan. Sehingga, ada beberapa peluang yang bisa dioptimalkan menggunakan komponen dalam negeri.

"Tapi rel, jujur kita belum mampu atau kualitasnya belum. Rolling stock itu cuma 20 persen dari total investasi, sebagian kita bisa laksanakan bahkan saya usulkan kalau bisa ada suatu perakitan yang dilakukan di Indonesia," kata dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya