Buwas Klaim Harga Beras Naik karena Tak Ada Produksi Saat Kemarau
- ANTARA FOTO/Arnas Padda
VIVA – Direktur Utama Badan Urusan Logistik atau Bulog, Budi Waseso mengakui, harga beras saat ini terus mengalami kenaikan. Penyebabnya, tidak adanya produksi beras dari petani akibat musim kemarau yang diperkirakan terus terjadi hingga Oktober.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras semua kualitas pada Agustus 2019, memang terus mengalami kenaikan di banding bulan sebelumnya. Kualitas premium di penggilingan sebesar Rp9.530 per kg, naik sebesar 0,11 persen, kualitas medium sebesar Rp9.224 per kg, naik sebesar 0,14 persen, dan kualitas rendah sebesar Rp9.048 per kg, naik sebesar 1,31 persen.
"Karena sekarang kan sudah musim kemarau, sudah tidak ada mulai panen karena cuaca. Jadi, secara wajar harga gabah dengan beras dinaikkan, karena tidak ada produksi yah," kata dia di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu 18 September 2019.
Karena itu, lanjut dia, Bulog telah meningkatkan kuota beras untuk operasi pasar, dari yang sebelumnya hanya 2.000-3.000 ribu ton per hari, menjadi 6000 ton per harinya. Operasi pasar akan terus dilakukan hingga Desember 2019.
"Ada, tetap kita OP (Operasi Pasar) sampai kan izinnya sampai Desember, berarti di wilayah-wilayah yang datanya dari BPS dengan BI (Bank Indonesia) itu kita sikapi setiap hari. Jadi, begitu daerah A ada kenaikan, kita langsung intervensi dengan OP. Kalau yang stabil, kita enggak (OP)," tegasnya.
Meski demikian, dia menjamin, cadangan stok beras bulog yang saat ini mencapai 2,6 juta ton, masih aman untuk memasok ketersediaan beras, demi stabilisasi harga beras. Hingga akhir tahun, Bulog memasang target serapan beras petani 1,8 juta ton, saat ini sudah mencapai satu juta ton.
"Stok kita sampai akhir tahun, masih ada dua juta aman lah. Insya Allah, prediksi saya sampai pertengahan tahun depan tidak ada impor, karena menurut say,a katakanlah yang paling drastis enam bulan ke depan tidak ada panen, maka kita hanya bisa keluarkan satu juta maksimal," tuturnya.
"Kalau satu juta, kita masih ada 1,2 sampai 1,5 juta, aman dong, dan bulan berikutnya sudah pasti ada panen. Nah, kita akan serap lagi penggantinya besar-besaran. Aman sampai Maret tahun depan, itu prediksi saya sangat aman, karena Maret-April sudah produksi lagi kan ya, itu kita ambil," tambahnya. (asp)