Jokowi Curhat Disebut Antek Asing karena Ingin Masukkan Rektor Bule
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Presiden Joko Widodo atau Jokowi pagi ini menghadiri dan membuka Forum Titik Temu bertajuk 'Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan' yang digelar di Hotel Double Tree by Hilton, Cikini, Jakarta Pusat. Dalam sambutannya di acara itu, Jokowi berpesan soal potensi kemajemukan di Indonesia yang sebetulnya bisa membuat bangsa maju.
Dia mengatakan, keberhasilan sebuah negara sangat ditentukan oleh derajat penerimaan kemajemukan. Artinya, semakin bisa menerima perbedaan akan semakin mampu membuat negara tersebut maju.
Jokowi lantas menyinggung soal rencana Pemerintahannya mendatangkan rektor asing. Ketika itu masih menjadi rencana, namun sudah banyak penolakan. Bahkan, Jokowi menyebut dirinya lagi-lagi disebut antek asing karena rencana itu.
"Di sini, baru ide, gagasan ada 4.700 akademi, politeknik, universitas, perguruan tinggi (di Indonesia). Gimana kalau kita pakai, 3 universitas kita pakai rektor asing? Baru berbicara seperti itu langsung, (dibilang) Jokowi antek asing," kata Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan hadirin, Rabu 18 September 2019.Â
Dia mengatakan, keberhasilan sebuah negara sangat ditentukan oleh derajat penerimaan kemajemukan. Artinya, semakin bisa menerima perbedaan akan semakin mampu membuat negara tersebut maju.
"Semakin bisa menerima akan semakin diminati, dikunjungi dan didatangi, akhirnya akan semakin maju dalam mendongkrak ekonomi di negara itu, di daerah itu," katanya.
Seharusnya, Jokowi melanjutkan, pengelolaan perbedaan adalah kunci membuat Indonesia bisa semakin maju ke depannya. Termasuk, keterbukaan kepada hadirnya warga negara asing.
"Jangan hanya antek asing, antek aseng. Itu yang namanya emosi keagamaan, bukan cinta keagamaan," ujar Jokowi mengutip pidato Quraish Shihab di acara tersebut.
Forum titik temu ini diselenggarakan oleh Nurcholis Madjid Society, Jaringan Gusdurian dan Maarif Institute. Dalam kesempatan itu, ada beberapa tokoh yang menyampaikan pesan moral antara lain pendiri pusat studi Al-Quran Muhammad Quraish Shihab, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan Omi Komaria Nurcholis Madjid.Â
Selain itu, juga turut hadir beberapa tokoh antara lain Azyumardi Azra, Yudi Latif, Komarudin Hidayat, Akbar Tanjung, Tri Sutrisno dan beberapa tokoh lain.