Kebakaran Gunung Merbabu Rusak Saluran Air Warga

Kebakaran Gunung Merbabu
Sumber :
  • VIVAnews / Dwi Royanto (Semarang)

VIVA – Kobaran api di Gunung Merbabu masih terus membara dan meluas, pada Jumat 13 September 2019 malam. Perkiraan awal luas lahan yang terbakar sekitar 150 hektare, kini ditaksir mencapai 225 hektare.

Berdasarkan pantauan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) taksiran 225 hektar tersebut, berada di tujuh titik api besar dengan posisi menyebar di wilayah Pakis, Wonolelo (Kabupaten Magelang) ditambah meluas ke wilayah Selo dan Ampel (Kabupaten Boyolali).

"Api menjalar cepat ke semua sisi gunung, ini dikarenakan kencangnya angin," ujar Nurpana selaku Kepala Seksi Wilayah I BTNGMb, Jumat 13 September 2019 malam.

Sebelumnya pada pukul 13.00 WIB, jalur pendakian Swanting (Blok Sobleman), jalur Wekas (Blok Kedakan) dan jalur Balong yang berada di wilayah Kabupaten Magelang sudah dapat dipadamkan. Namun, pada pukul 16.00 WIB jalur pendakian Merbabu via Selo masih terbakar dan kemudian merambat ke arah timur menuju  Ampel di Dusun Ngangrong, Boyolali.

"Pukul 17.00 WIB titik api terpantau berkurang menjadi 6 titik dipantau melalui satelit LAPAN hotspot information, dengan prediksi luas areal terbakar 260 Ha (zona inti, zona rimba, dan zona rehabilitasi)," katanya.

Dampak kebakaran hutan tersebut, imbuh Nurpana, adalah terganggunya distribusi air dari sumber mata air ke masyarakat. Setidaknya ada 3 tuk (sumber mata air) yang pipa airnya terbakar, di antaranya Tuk Teyeng, berada di Desa Gondangsari, jalur Pakis, Magelang. Kemudian Tuk Klanting, berada di Desa Tajuk, jalur Kopeng, Kabupaten Semarang serta Tuk Sipendok di Desa Ngagrong dan Candisari, jalur Ampel Kabupaten Boyolali.

"Desa yang terdampak langsung dari akibat terbakarnya pipa air yaitu Desa Gondangsari, Desa Tajuk, Desa Ngagrong dan Desa Candisari. Namun warga masih memiliki cadangan air selain mengandalkan sumber mata air," tuturnya.

Terkait penyebabnya belum dipastikan. Sebab kawasan yang terbakar berupa hutan alam, semak belukar dan sabana kering yang memang rawan terbakar. "Penyebab kebakaran sampai dengan saat ini belum diketahui, karena masih dalam tahap pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)," ujarnya.

SnackVideo Jadi Jembatan bagi Desa untuk 'Go Digital'

Kendala lokasi

Meluasnya kebakaran di Gunung Merbabu, menurut Kepala BTNGMb, Junita mengatakan disebabkan karena lokasi terjadinya kebakaran merupakan lereng dan punggungan yang sulit dijangkau. "Ditambah serta sulit air, serta harus ditempuh perjalanan sekitar 3 jam dari dusun terdekat," ungkapnya saat dikonfirmasi terpisah.

Temui Budiman Sudjatmiko, Apdesi Minta Desa Bisa Pasok Bahan Makan Bergizi Gratis

Pihaknya masih belum bisa memperkirakan kapan bisa padam. Karena kondisi cuaca cukup panas dan angin kencang menjadi kendala.

"Pemadaman dilakukan secara manual dengan pembuatan sekat bakar, serta peralatan lapangan yang digunakan berupa gepyok, sabit, cangkul, parang, jet shooter serta peralatan lain yang mendukung," katanya.

Imigrasi Gandeng Polri dan BP2MI Cegah TPPO dari Desa

Jumlah total personil yang dikerahkan BTNGMb lebih dari 750 orang yang bersiaga di enam titik posko yakni di Ampel, Kopeng, Pakis, Wonolelo dan posko resort Selo.

"Besok yang bergerak adalah posko yang di Ampel, sebab arah angin kini menuju ke timur. Besok personil akan bergerak ke titik Ampel," tuturnya.

Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Magelang melalui Surat Keputusan Bupati tentang penanganan bencana, saat ini sudah menaikkan kondisi siaga darurat kebakaran. Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daereh (BPBD) Magelang, Edy Susanto.

"Status darurat diperlukan agar penanganan bencana kebakaran menjadi jelas," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait peminjaman helikopter water bombing tersebut. Menurutnya, BNPB sudah menanggapi, karena kebakaran sudah merembet terlalu luas. 

"Lihat kondisi nanti. Kalau perlu water bombing, kita lakukan. Sampai saat ini kita terus menampung laporan dan pemantauan," tutur Edy.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya