Wisuda S1 di Usia 70 Tahun, Maria Jadi Wisudawati Tertua Unusa

Maria Lidwina Endang Suwarni, mahasiswi Unusa tertua, saat diwisuda di Dyandra Convention Hall Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 11 September 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Nur Faishal

VIVA – Usia senja dan biaya minim tak mematahkan semangat Maria Lidwina Endang Suwarni untuk menuntut ilmu. Guru Pendidikan Anak Usia Dini asal Manukan Kulon, Tandes, Kota Surabaya, Jawa Timur, itu justru terpompa diri meraih gelar sarjana dengan nilai gemilang. Berhasil. Dia wisuda di usia 70 tahun dengan IPK 3,57.

Soal Pendidikan Pesantren, Majelis Masyayikh Sebut Penjaminan Standar Mutu Bukan Penyeragaman

Maria adalah satu di antara 827 mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang diwisuda di Dyandra Convention Hall Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 11 September 2019. Kuliah sejak 2015, di kampus itu dia mengambil S1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, studi yang sesuai dengan profesinya kini, yakni guru PAUD.

Maria adalah nenek dengan tiga anak dan lima cucu. Suaminya sudah meninggal lama. Sejak tahun 2005, Maria menjadi guru PAUD di kampungnya di Manukan Kulon.

Green Campus ITPLN Raih SDG’s Gold

"Saya dasarnya PKK murni dan dari kader Posyandu yang tidak punya bekal apa-apa untuk jadi guru PAUD," katanya kepada wartawan usai acara wisuda.

Mengajar di PAUD, Maria memperoleh honor sebesar Rp50 ribu per bulan. Penghasilannya bertambah sedikit setelah beberapa tahun terakhir Dinas Pendidikan Surabaya menggelontorkan bantuan ke guru PAUD. Di sekolah Maria, hanya empat dari delapan guru yang memperoleh jatah bantuan Rp400 ribu per orang.

Komitmen Bangun Sekolah Unggulan, Wahono: Pendidikan Kunci Kemajuan Daerah

Maria Lidwina Endang Suwarni, mahasiswi Unusa tertua, saat diwisuda di Dyandra C

Bantuan itu akhirnya dibagi rata menjadi Rp200 ribu per orang. Cair sebulan sekali. Jadilah penghasilan Maria Rp250 ribu sebulan.

"Dari dindik (dinas pendidikan) baru-baru ini dapat 400 ribu. Tapi tidak bisa penuh karena di sekolah saya ada delapan bunda (guru), yang mendapat cuma empat bunda, jadi dibagi dua," ujar Maria.

Kesempatan kuliah datang pada 2015. Kala itu, Ketua Paguyuban Bunda PAUD Surabaya, Dyah Katarina, menawarkan kesempatan kuliah S1 di Unusa. Dibantu temannya, biaya kuliah Rp1,5 juta per semester, dia mengiyakan ajakan itu.

"Saya mengikuti itu diajak kepala sekolah saya supaya memenuhi persyaratan untuk sekolah saya itu tadi," ujarnya.

Namun, bukan perkara mudah bagi Maria menjalani masa studi selama hampir empat tahun di usia setua itu. Pagi berangkat ke kampus diantar anaknya yang bekerja, pulangnya Maria harus berjalan dan menumpangi angkutan kota dua kali. Maklum, lokasi kampus Unusa di Raya Jemursari terbilang jauh dari tempat tinggalnya di Manukan Kulon.

"Kemudian selama sekolah itu tidak mudah menerima pelajaran, bisa saya tangkap karena saya mengulang pelajaran itu tidak sekali menerima, tapi harus berulang kali membaca. Saat ada UTS (ujian tengah semester) atau UAS (ujian akhir semester) saya harus benar-benar mempersiapkan diri," ucap Maria.

Atas semangatnya itu, Unusa memberikan penghargaan kepada Maria sebagai wisudawati tertua. "Semangat ibu pasti menginspirasi semua yang hadir. Selamat berjuang di dunia yang baru yang akan dimasuki dan semoga, insya Allah menjadi insan-insan terbaik yang bermanfaat kepada manusia," kata Rektor Unusa, Achmad Jazidie.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya