Cerita Petani Desa Lamedak Kalbar Sukses Garap Lahan Tanpa Membakar

Warga Desa Lamedak, Kalbar.
Sumber :
  • Raden Jihad Akbar/VIVAnews.

VIVA – Para petani di Desa Nanga Lamedak, Kabupaten Kapuas Hulu, Kecamatan Semitau, Kalimantan Barat, sukses mengolah lahan untuk berbagai komoditas pangan. Hal tersebut merupakan hasil yang dituai karena tidak melakukan pembakaran lahan. 

Ini Bukti Polri Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Jaya Lemedak sudah sekitar dua tahun terakhir menerapkan pertanian organik dan tanpa membakar. Artinya, lahan yang digunakan tidak dibakar setelah panen, melainkan diolah menggunakan pupuk yang berbahan baku organik tanpa zat kimia. 

Jurnalis VIVAnews berkesempatan berbincang dengan petani dan mengunjungi lahan pertanian di daerah itu beberapa waktu lalu. Selain padi, ada pula sejumlah komoditas lainnya yang ditanam petani setempat. Seperti cabai, labu, serta sayuran  buah-buahan lainnya. 

Perluas Pusat Data, Edgeconnex Akuisisi Lahan Tambahan di Lippo Cikarang Cosmopolis

Ketua Kelompok Tani Mitra Jaya Lemedak Yohanes Ramli menegaskan, pola pengolahan lahan secara organik tanpa membakar lebih efektif untuk menggenjot produksi. Para petani di kelompok tani tersebut pun sudah mulai merasakan hasilnya saat ini. 

Lahan pertanian cabai di Desa Lamedak, Kalbar.

Jaksa Tangkap Anggota DPRD Kalimantan Barat Paulus Andy Mursalim

Kelompok tani yang sebagian besar merupakan petani plasma sawit mitra PT Paramitra Internusa Pratama, mengolah lahan secara organik mulai 2017 dari perusahaan tersebut. Upaya ini diharapkan perusahaan bisa menekan kebakaran lahan yang terjadi.  

"Kemarin itu yang kita berladang dengan cara biasa (membakar) itu paling banyak satu ton (padi) untuk satu hektare, kemarin dengan program ini ada yang bisa sampai 6 ton," ujar Ramli, Minggu 8 September 2019. 

Dia menceritakan, pada tahun pertama kelompok tani yang dipimpinnya tidak meyakini pengolahan lahan secara organik tanpa membakar bisa lebih produktif. Namun, setelah mengimplementasikan pada tahun pertama di 2017, hasilnya sudah mulai terasa. 

"Kami sudah buktikan itu," tambahnya. 

Pelatihan yang didapatkan tersebut pun kini telah didukung oleh pemanfaatan dana desa untuk membeli mesin pencacah dan rumah penyimpanan pupuk kompos. Para anggota kelompok tani di daerah tersebut pun kini tidak kesulitan untuk mendapatkan pupuk untuk lahannya. 

Salah satu petani anggota kelompok tani tersebut, Rangga, mengungkapkan, selain kuantitasnya yang bertambah, kualitas komoditas yang diproduksinya pun semakin meningkat. Tanaman pun lebih kuat dari serangan hama

"Lebih bagus (hasil produksi) yang diolah dibanding yang dibakar. Karena kita kan pakaikan pupuk organik. Dulu abis dibakar kan langsung ditanam, kena hama wereng saja sudah mati," tegasnya. 

Pupuk kompos Petani di Desa Lamedak, Kalbar.

Dia pun optimis, ke depannya produksi pertanian di daerahnya akan terus meningkat. Terlebih lagi, semakin banyak warga di daerah itu yang masuk kelompok tani tersebut. 

"Kalau dulu setiap kita berpindah ladang bakar terus, kalau sekarang ya kita olah," tegasnya. 

Stop bakar lahan 

Kebakaran lahan dan hutan masih terjadi di sejumlah daerah saat ini. Di Kalimantan Barat, pada Jumat 6 September 2019, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada sedikitnya 27 titik panas atau hotspot terekam satelit. 

Ke 27 titik hotspot itu tersebar di Kabupaten Ketapang terdapat 20 titik, Kabupaten Kayong Utara 4 titik dan Kabupaten Kubu Raya ada 3 titik. Asap pun menyelimuti kota Pontianak kala itu. 

Kepala Desa Nanga Lemendak Sinaria mengimbau, seluruh pihak untuk tidak lagi membakar lahan. Sehingga ekosistem di Indonesia khususnya di Kalbar bisa terjaga dengan baik. 

Dia pun mengapresiasi warganya yang telah menerapkan pengolahan lahan pertanian secara organik. Sehingga, pembakaran lahan di daerahnya bisa diredam. 

"Karena ini seiring dengan program pemerintah tidak boleh membakar lahan lagi," tegasnya. 

Dia berharap, apa yang telah dilakukan di daerahnya bisa menjadi contoh untuk daerah lain. Sehingga pada akhirnya kebakaran lahan dan hutan khususnya di Kalbar bisa terus berkurang. 

"Jadi saya mengimbau para petani-petani di Kalimantan Barat, mari kita menjaga ekosistem kita, dengan bercocok tanam secara organik tanpa menggunakan zat kimia tanpa membakar," tambahnya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya