Aktor Video Porno Vina Garut Setop Minum Obat HIV Sebelum Meninggal

Aktor video porno
Sumber :
  • istimewa/ Diki Hidayat

VIVA – Dinas Kesehatan Kabupaten Garut belum bisa memastikan penyebab kematian tersangka kasus video porno Vina Garut berinisial A alias Rayya (30). Sebelumnya, Rayya memang divonis mengidap penyakit mematikan reaktif seperti HIV, penyakit stroke dan Hepatitis B.

Kasus KLB Meningkat di Kalangan Anak Sekolah, IDAI Ingatkan Pentingnya Vaksinasi

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Dr Janna Markus Yajariawati mengatakan, sebelum meninggal, Rayya memang menghentikan pengobatan dan konseling. Padahal, sudah sejak Maret 2019, dia telah menjalani pengobatan secara rutin.

"Ya, memang secara sadar Rayya ini melakukan pengobatan dan konseling, " ujar Janna, Sabtu, 7 September 2019.

Hari Kesehatan Nasional, Catatan PB IDI: Permasalahan di Indonesia Sangat Kompleks dan Beragam

Selama menjalani pengobatan, Rayya diberikan obat yang dapat memperlambat perkembangan virus HIV. Jenis obat itu disebut antiretroviral (ARV). Dia secara kontinu konsumsi obat tersebut. Tapi akhir-akhir ini, Rayya menghentikan pengobatan dan konseling secara sepihak.

"Dia (Rayya) menghentikan sepihak," kata Janna.

Kata Polisi soal Anak 14 Tahun Jadi Tersangka Karena Terima Video Porno

Rayya diketahui memang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Garut. Dia sempat menyampaikan sudah mengetahui penyakit mematikan tersebut sejak tiga bulan sebelum melakukan pengobatan.

Namun proses pengobatan tersebut dihentikan sepihak dengan alasan lelah berobat. Padahal obat ARV yang diminum diberikan secara gratis atau tidak dipinta biaya. "ARV memang gratis, tidak ada pungutan biaya," katanya.

Diketahui bahwa ARV ini bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Selama pasien mengonsumsi ARV, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. (ase)

Ilustrasi sakit pinggang.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Faktor obesitas atau berat badan dan bertambahnya usia, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya saraf kejepit. Hal lainnya adanya cedera lama dan mengangkat beban berat.

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024