Bandung Readers Festival 2019 Resmi Dibuka
- Istimewa
VIVA – Bandung Readers Festival 2019 resmi dibuka di Institut Francais Bandung pada Rabu, 4 September 2019. Festival literasi pertama di Kota Bandung ini akan digelar dari tanggal 4-8 September 2019 di beberapa lokasi berbeda, mulai dari Institut Francais Bandung, NuArt Sculpture Park, Kantin The Panasdalam, Abraham and Smith HQ, dan puncaknya di Museum Gedung Sate.
Prof. Bambang Sugiharto, Guru Besar Fakultas Filsafat UNPAR (Universitas Parahyangan), secara langsung membuka acara ini. Ia menuturkan bahwa membaca dapat membentuk nalar dan cara pandang seseorang, dan dapat mempertajam cara kerja otak.
“Kita tahu, jika pisau terus digunakan, ia akan tumpul. Itu berbeda dengan otak. Jika otak terus digunakan, atau diasah, ia akan semakin tajam. Membaca menjadi salah satu kegiatan mempertajam otak. Membaca dapat membentuk nalar kita,” ujarnya melalui pernyataan tertulis yang diterima VIVAnews, Rabu, 4 September 2019.
Sebelumnya, Koordinator Bandung Readers Festival 2019 Galuh Pangestri Larashati dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini hadir sebagai upaya penguatan kualitas literasi masyarakat. Ia sempat mengutarakan kegelisahannya mengenai razia buku di beberapa daerah di Indonesia yang dilakukan oleh pihak tertentu.
“Bandung Readers Festival tidak muncul untuk memberikan jawaban atas dekadensi yang dipertontonkan pihak-pihak tertentu. Bandung Readers Festival hadir untuk kita berkumpul dan bertemu, berdiskusi melatih otot-otot nalar dan menunjukkan bahwa ada banyak pihak yang giat melakukan pemajuan kualitas masyarakat melalui literasi, bukan dengan jargon-jargon kosong,” kata Galuh.
Galuh menambahkan, dalam acara ini 80% pihak yang terlibat adalah warga Bandung dan sekitarnya, serta 70% di antaranya adalah perempuan. Dengan mengusung tema “To Read or Not To Read?”, ia berharap, Bandung Readers Festival dapat merangkul banyak komunitas dan bisa menghubungkannya satu sama lain.
“80 persen narasumber dan komunitas yang terlibat dalam Bandung Readers Festival berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya. 70 persen di antaranya adalah perempuan. BRF berusaha dan berkomitmen ke depannya untuk melibatkan pihak-pihak yang termarjinalkan dalam pertemuan, aktivitas, dan diskusi. Juga bekerja sama dengan pegiat literasi dari kota-kota lain seperti Makassar, Yogya, Jakarta. To Read or Not To Read? Itulah pertanyaannya. Selamat hadir dan terlibat dalam festival. Dari pembaca untuk pembaca,” ujarnya.
Di hari pertama, Bandung Readers Festival menampilkan tiga pembicara, yang dibagi ke dalam dua sesi. Talkshow tentang proses menulis dan membaca menjadi sesi pertama, dengan mendatangkan dua penulis; Dea Anugrah dan Sabda Armandio Alif, serta dipandu oleh jurnalis Bandung, Tegar Bestari.
Selanjutnya ada sesi workshop “Quote No More” yang berbicara mengenai bagaimana seseorang bisa hidup penuh rasa percaya diri, tak hanya berdasarkan quote (kutipan) dari orang lain. Sesi ini diisi oleh sastrawan Theoresia Rumthe. (ase)