Ma'ruf Amin: Selesaikan Papua dengan Pendekatan Budaya
- ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
VIVA – Calon wakil presiden terpilih, KH.Ma'ruf Amin meminta pemerintah menyelesaikan persoalan Papua, tidak selalu mengedepankan hukum, namun menggunakan pendekatan kebudayaan.
Ia berharap, dengan pendekatan kebudayaan, kesalahpahaman tidak terjadi lagi di Bumi Cendrawasih.
"Kami sudah berbincang, supaya penyelesaian Papua itu tidak hanya dilakukan pendekatan keamanan dan penertiban, tetapi juga perbaikan, pendekatan budaya," kata Kiai Ma'ruf, ditemui di Ponpes Syekh Nawawi Al Bantani, Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Selasa 3 September 2019.
Kiai Ma'ruf mencontohkan penyelesaian Papua di zaman Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang menghargai masyarakat Bumi Cendrawasih, dengan mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua.Â
Pada 30 Desember 1999, Gus Dur membuat pertemuan dengan tokoh Papua dan mengetahui makna lambang Bendera Bintang Kejora. Lambang itu dimaknai oleh masyarakat Papua sebagai simbol Kuasa Tuhan.
Hingga akhirnya bendera itu saat zaman Gus Dur, boleh dikibarkan dengan syarat lebih rendah dibandingkan bendera Merah Putih. Semenjak Gus Dur lengser dari tahta 'Keprabonnya', bendera Bintang Kejora kembali dilarang berkibar.
Kemudian, muncul Peraturan Pemerintah (PP) nomor 77 tahun 2007, dalam Pasal 6 Ayat 4 yang melarang penggunaan simbol berupa bendera, lagu, dan logo terkait separatisme. Dalam hal ini termasuk bintang kejora yang kerap digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan gerakan politik lainnya.
"Karena itu, seperti apa langkah-langkahnya PBNU yang merumuskan. Gus Dur juga kan mendekati Papua, dengan mengubah nama dari Irian Jaya menjadi Papua. Karena itu, orang Papua kepada Gus Dur khususnya dan NU, sangat simpati menghargai," ujarnya.
Mantan Rais Aam PBNU ini selalu berdoa dan berharap, Papua kembali damai di pangkuan NKRI. Pembangunan di ujung Timur Indonesia, semakin berkembang dan memajukan masyarakatnya.
Kiai Ma'ruf pun meminta peran aktif PBNU dan Ansor, untuk ikut mendamaikan Bumi Papua dan menjaga keutuhan NKRI, agar tentram damai dan sejuk.
"Karena kita indonesia. Kita Jawa, kita Papua, kita Sumatera, kita Sulawesi, ini kan kita semua. Indonesia adalah berkit kita. Jadi, kita harus tetap utuh, jangan ada kita yang terpinggirkan, termarjinalisasi," ujarnya.