Pemerintah Data Perempuan dan Anak yang Trauma Pasca Rusuh Papua
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise mengaku sedang melakukan pendataan terkait korban anak dan perempuan akibat kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Meski disebut sudah kondusif, kerusuhan pecah sejak Senin, 19 Agustus 2019.
Yohana mengatakan, korban yang ditangani karena mengalami trauma karena kerusuhan.
"Yang jelas mungkin masalah trauma ya, trauma saja dalam keadaan ketakutan saya sudah terima itu," kata Yohana, di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 2 September 2019.
Menyusul kondisi yang mulai kondusif, Yohana mengaku sudah mengirim tim dan stafnya untuk terjun ke Papua. Tujuannya agar mereka bisa masuk ke pedalaman sehingga bisa mencari tahu korban anak dan perempuan yang mengalami trauma.
Kemudian, langkah lain yang dilakukan Yohana dengan mengajak dialog para kepala suku. Untuk memberi pencerahan, pentingnya menyelamatkan perempuan dan anak.
"Saya akan mengundang kepala-kepala suku, tokoh-tokoh adat untuk datang kita berbicara khusus tentang perempuan dan anak itu yang tadi saya sampaikan," katanya.
Yohana mengatakan, sebenarnya kementerian yang ia pimpin sudah menjalin kerja sama sejak 2016. Namun, mulai intensif bekerja sama dengan para kepala adat dan tokoh agama tahun-tahun terakhir ini.
Dengan menggandeng mereka, kata dia, baik itu tokoh perempuan sampai mahasiswa, diharapkan bisa menurunkan hingga menghilangkan trauma pada anak serta perempuan. Hingga kini, pihaknya masih mengumpulkan data berapa jumlah korban.
"Kami belum mendapat data-data, karena kami kayaknya dalam keadaan situasi seperti itu belum bisa bebas masuk ke dalam. Nanti saya suruh staf khusus kami yang bisa bertemu langsung dengan mereka untuk mendata," tuturnya.