Cara Warga Jatim Tunjukkan Cinta Papua, dari Papeda hingga Matoa
- VIVAnews/Nur Faishal
VIVA – Kerusuhan di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat memberikan pelajaran. Berbagai pihak menunjukkan rasa cintanya kepada warga Papua sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Salah satu cara yang dipertunjukkan warga Jawa Timur melalui kuliner dan tumbuhan khas Papua. Mereka mempraktikkan hal ini di area halaman luar Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu pagi, 1 September 2019.
Pagi-pagi ratusan warga melakukan aksi tanam bibit pohon Matoa di taman Masjid Al Akbar Surabaya. Aksi ini dilakukan sebelum mengikuti 'Jalan Sehat Bersholawat' dalam rangka memperingati Tahun Baru 1 Muharram 1441 H . Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hadir pada kesempatan itu.
Matoa adalah tanaman buah khas Papua. Sebetulnya, Matoa tak hanya tumbuh di halaman Masjid Al Akbar. Jauh sebelum konflik Papua meletup, tanaman setinggi rata-rata 18 meter itu sudah dibudidayakan di sejumlah daerah di Jatim, seperti di Jombang, Kediri, dan beberapa tempat lain di Surabaya.
Khofifah mengatakan bahwa Matoa adalah simbol persaudaraan.
"Bahwa apa yang tumbuh di Papua, kita juga mencoba menanam di sini, seperti Matoa, dan ternyata tumbuh dengan subur dan berbuah lebat. Mudah-mudahan persaudaraan kita juga tumbuh subur dan baik," katanya.
Saat awal-awal rusuh Papua terjadi dua pekan lalu, Khofifah menggunakan kuliner khas Papua sebagai diplomasi dan pembuktian persaudaraan, yakni penganan bernama Papeda. Papeda adalah penganan khas Papua berbahan pengenyang sagu. Biasanya disajikan dengan ikan.
Tanah Papua bergolak sejak Senin, 19 Agustus 2019, lalu. Warga sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat protes atas insiden Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya yang disertai lontaran rasialisme.
Unjuk rasa bahkan memunculkan suara referendum yang sempat diselingi aksi anarki dengan merusak fasilitas umum seperti membakar kantor DPRD. Kondisi Papua saat ini disebut sudah berangsur normal. (ase)