Kisah Loper Koran Jadi Wisudawan Terbaik UIN Walisongo
- VIVAnews/ Dwi Royanto (Semarang)
VIVA – Perjuangan di tengah hidup sederhana dan terbatas ekonomi tak lantas membuat Nashrur Rohim patah semangat dalam menempuh pendidikan. Mahasiswa 22 tahun tersebut justru mampu membuktikan diri menjadi wisudawan terbaik di kampusnya.
Nashrur, sapaannya, didapuk menjadi wisudawan paling inspiratif di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 28 Agustus 2019. Hal itu berkat perjuangan kerasnya menghadapi kesulitan ekonomi untuk bisa terus kuliah hingga lulus.
Jalan Nashrur meraih predikat lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang nyaris sempurna, yakni 3,9 diakuinya tak semudah membalikkan telapak tangan. Saat masih di bangku kuliah, waktu kerja dan waktu kuliah harus ia jalani bersama. Pekerjaan itu tak lain sebagai loper koran.
"Bekerja sebagai loper koran saya lakoni sejak empat tahun lalu. Waktu itu setelah lulus SMA pada tahun 2015, saya tidak langsung melanjutkan perkuliahan. Saya mendaftar ke Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang dan direkrut untuk menjadi loper koran selama setahun," ujar Nasrur saat ditemui VIVAnews di sela prosesi wisuda.
Saat mendaftar menjadi mahasiswa di UIN Walisongo pada 2016, dia sempat bimbang. Sebab, pekerjaannya sebagai loper koran mengharuskan ia membagi waktu dengan kuliah. Namun, mimpinya untuk mendapatkan gelar diploma, tak membuat hal itu menjadi halangan yang berarti.
"Batin saya terketuk untuk membahagiakan orangtua dengan kuliah dan mendapat gelar. Saya juga mengharapkan setelah lulus bisa mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik. Jadi saya harus semangat dan tak boleh putus asa," kata lulusan D3 Perbankan Syariah tersebut.
Setiap pagi buta sekitar pukul 05.00 WIB, ia tak canggung mengambil koran di daerah Jalan Menteri Supeno. Kemudian, dia mulai berkeliling dari Jalan Wonodri, menuju Jalan MT Haryono, Jalan Barito, Jalan Majapahit, Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari, Jalan Wolter Monginsidi, Tlogomulyo, Penggaron, dan kembali lagi ke rumah di daerah Mranggen, Demak.
Agar kuliahnya tak keteteran, setelah mengantar koran, ia harus bersiap untuk berangkat kuliah. Jarak antara rumahnya dan kampus ditempuh dalam waktu hampir satu jam.
"Kalau kuliahnya jam pagi, saya sering terlambat. Tapi Alhamdulillah dosen memaklumi. Yang terpenting tugas dosen saya kerjakan dengan baik dan tepat waktu," ujar pria empat bersaudara tersebut.
Terkait nilai IPK predikat Cum Laude, ia mengaku sejak pertama kuliah sering mendapatkan IPK 3,8 sampai 3,9. Berkat nilainya tersebut, Nashrur memperoleh penghargaan sebagai Wisudawan Paling Inspiratif di episode wisuda tahun ini.
Saat menjalani kerja loper koran, menurut Nashrur, teman-temanya banyak yang tidak mengetahui. Meskipun tidak malu dengan pekerjaannya, ia ingin mahasiswa lain memandang dia sama dan tidak mengasihaninya.
Selain itu, di tengah padatnya jadwal kuliah dan bekerja, Nashrur masih sempat mengurus anak yatim di kampungnya. Baginya, persamaan nasib telah ditinggal ayahnya, membuat jiwa sosialnya terdorong untuk membantu dan berbagi kepada mereka.
"Bagi saya anak yatim adalah keluarga dan menjadi salah satu semangat selain ibu dan keluarganya," ujarnya.