Empat Kelurahan di Kota Padang Krisis Air Bersih

Petugas menyuplai air bersih ke pemukiman warga yang kekeringan di Kota Padang.
Sumber :
  • VIVAnews/ Andri Mardiansyah (Padang)

VIVA – Empat kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangaan, Kota Padang, Sumatera Barat mengalami krisis air bersih. Kondisi ini karena tidak ada hujan sejak dua bulan terakhir.

Kekeringan, Warga di Lombok Tayamum untuk Salat

Empat kelurahan tersebut yakni Kelurahan Batu Gadang, Baringin, Tarantang, dan Padang Besi mengalami krisis air bersih. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang melakukan upaya pendistribusian air bersih untuk mengatasi krisis air bersih, dampak dari penurunan ketersediaan air tersebut. Pendistribusian air bersih, diprioritaskan kepada warga terdampak yang selama ini hanya memanfaatkan sumur sebagai sumber air utama.

Tangani Bencana Kekeringan, Kemensos Telah Distibusikan 42.000 Liter Air Bersih bagi Warga Lamongan

"Ada empat kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan. Masyarakat sulit mendapatkan air bersih. Kondisi kekeringan ini disebabkan musim kemarau," kata Kasi Kedaruratan BPBD Kota Padang, Sutan Hendra, Sabtu, 24 Agustus 2019.

Sutan Hendra menjelaskan, sejak tiga hari lalu pihaknya sudah mulai mendistribusikan air bersih ke beberapa titik. Hingga tadi malam, distribusi terus dilakukan. Data sementara, ada sekitar 235 kepala keluarga yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih di empat kelurahan itu.

Gerak Cepat Atasi Kekeringan, Kementan Raih Apresiasi

"Sampai saat ini untuk suplai air bersih ke rumah warga yang terdampak, dari BPBD Padang ada 20 ribu liter air bersih, BPBD provinsi 5 ribu liter, dan TRC Semen Padang 100 ribu liter air," kata Sutan Hendra.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Staklim Padang Pariaman, merilis, wilayah Sumatera Barat saat ini sudah memasuki musim kemarau. Kondisi ini disebabkan adanya penurunan curah hujan. 

Sepuluh kabupaten dan kota yakni Dharmasraya, Kota Bukit Tinggi, Kota Padang, Limapuluh Kota, Pasaman, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok, Solok Selatan, dan Tanah Datar telah mulai merasakan dampak penurunan ketersediaan air.

Prakiraan BMKG, sepuluh hari ke depan curah hujan berpeluang dalam kategori rendah hingga menengah. Lantaran itu, BMKG mengimbau upaya antisipasi perlu terus dilakukan. 

Penyesuaian pola tanam di daerah musim kering pada sawah tadah hujan, dengan menyesuaikan tanamannya atau menunda tanam hal yang mungkin dilaksanakan. Selain itu beralih menanam hortikultura yang berumur pendek.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya