Selesaikan Masalah Papua Harus Merujuk Kacamata Warga Setempat

Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Airlangga Pribadi
Sumber :
  • Nur Faishal / VIVA.co.id

VIVA – Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi, mengatakan bahwa permasalahan di Papua harus dilihat dari sudut pandang masyarakat asli di sana, bukan dari cara berpikir orang luar dan pemerintah pusat. Dengan begitu, persoalan Papua bisa diurai secara utuh dan ditemukan pemecahan masalah yang tepat.

Memberdayakan Masyarakat, Lima Perusahaan Sosial Terima Dana Hibah untuk Perubahan

Dosen yang akrab disapa Angga itu memaparkan menyelesaikan masalah Papua ini memang tidak bisa dilakukan secara instan. 

"Diperlukan penanganan komprehensif yang tidak hanya melibatkan pemerintah, tapi juga perlu kelapangan hati dari seluruh elemen masyarakat," katanya di Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 22 Agustus 2019. 

Surya Paloh soal Efisiensi Anggaran: Kalau Barangkali Tidak Tepat, Saya Yakin Akan Dievaluasi

Hal yang pertama diurai ialah pemahaman tentang masyarakat Papua. "Pemahaman tentang masyarakat Papua sebagai bagian dari Indonesia, yang harus diperlakukan sama sebagai anak bangsa, sebagai warga negara yang harus dihormati, yang memiliki hak-hak sipil dan politik, dalam naungan satu, yakni Negara Republik Indonesia," ujar Angga. 

Hal yang terjadi, lanjut dia, adalah belum kuatnya kesadaran kebhinnekaan dari sebagian elemen masyarakat. Hal yang paling penting sebetulnya ialah pengamalan dari Pancasila dan spirit bendera Merah Putih, bukan sekadar penghormatan terhadap simbol. 

Soal Efisiensi Pemerintah, Anindya Bakrie: Direlokasikan untuk Sesuatu yang Jangka Panjang

"Pengamalan ini akan memunculkan respect, sehingga tidak muncul sikap yang rasialis," tambahnya.

Dengan bangunan kesadaran seperti itu, Angga meyakini Papua bisa kembali damai. "Sangat bisa (damai) apabila kita, pertama, dengan menempatkan masalah Papua dengan dilihat dari (sudut pandang) masyarakat Papua itu sendiri, terkait dengan pengalaman sejarah mereka sendiri, terkait dengan pengalaman bagaimana mereka hidup di Republik Indonesia," paparnya. 

"Karena itu kemampuan untuk mendengarkan secara antusias, kemampuan untuk memahami persoalan dari kacamata masyarakat Papua akan bisa melihat masalah Papua ini secara lebih baik, dalam rangka mencari solusi problem Papua ini dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia," tandas Angga. 

Seperti diketahui, Tanah Papua bergejolak sejak Senin, 19 Agustus 2019. Warga lokal marah dan protes atas kejadian sebelumnya, yakni gesekan massa di Asrama Mahasiswa Papua Jalan Kalasan Surabaya. Ada lontaran bernada rasialis saat gesekan terjadi. Warga Papua juga terprovokasi informasi hoaks adanya mahasiswa tewas dalam insiden di Surabaya. (ren)

Presiden Prabowo Subianto di acara HUT ke-17 Partai Gerindra

Prabowo: Kita Harus Mau Dikoreksi, Tapi Kritik yang Benar Jangan Dendam

Menurut Prabowo, membangun bangsa tidak harus 'nyemplung' ke dalam koalisi, tetapi bisa mengawasi kinerja pemerintah yang ada.

img_title
VIVA.co.id
15 Februari 2025