Cerita Pendatang Terjebak di Tengah Kerusuhan Manokwari

Kerusuhan di Manokwari Papua Barat Senin 19 Agustus 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Banjir Ambarita

VIVA – Memori liburan dari Jakarta yang dibawa Tomy Sudirman (27) untuk menghilangkan sedikit kejenuhannya bekerja di Manokwari, Papua Barat sirna. Momen liburan lima hari di Ibu Kota langsung hilang berganti rasa takut berkecamuk lantaran saat ia kembali lagi ke Bumi Cenderawasih tengah bergejolak.

Viral Polisi Dikejar-Kejar Pakai Panah, Netizen: Seperti Film Warkop DKI

Tomy tiba di Manokwari pada Senin 19 Agustus 2019 pagi saat keributan tengah besar-besarnya di sana, Sorong, dan Jayapura. Setibanya di Manokwari suasana mencekam yang menyambutnya. 

Dari bandara dia ke lokasi kerjanya di Jalan Arfai dengan menumpang mobil kantor yang menjemput. Beruntung pengemudi tahu jalan yang tidak melintasi lokasi keributan.

Di Manokwari, Raja Antoni Serukan Pemilu Damai dan Tegak Lurus pada Jokowi

Pada awalnya dia mengaku tak tahu kalau ada keributan di sana. Si pengemudi nampaknya tak mau membuat Tomy cemas sehingga tak memberitahukan hal itu. Namun Tomy mulai curiga mengapa banyak jalanan yang diblokir. Kecurigaan makin menjadi ketika di perjalanan ia menjumpai banyak ruko yang kacanya pecah ditambah ban terbakar di beberapa titik.

"Dari lokasi tinggal dan kerja saya cuma 5 menit (ke lokasi keributan). Sudah banyak ruko-ruko kacanya dipecahin. Plus bakar ban. (Lokasi keributan) Yang dekat lokasi tempat tinggal saya itu di Jalan Sowi. Yang lokasi utamanya (keributan itu) di Jalan Yos Sudarso, Pasar Sanggeng. Ada juga yang di Kantor Gubernur," kata dia kepada VIVAnews, Selasa 20 Agustus 2019.

Polisi Tangkap 46 Orang Terkait Tambang Emas Ilegal di Manokwari

Suasana di sana pagi itu menurutnya benar-benar berbeda dari biasanya yang ramai. Yang ada di jalan hanya aparat dan massa yang melakukan aksi. Setibanya di lokasi kerja pria keturunan Betawi ini langsung masuk ke mesnya karena takut dengan kondisi di sana.

Meski ada keributan, Tomy tetap bekerja hari itu. Tapi, ia dihantui rasa was-was. Dia takut keributan menjalar sampai ke lokasinya. Dampak keributan diakuinya membuat dia seperti terisolasi.

Bagaimana tidak, ia sulit mencari makan hari itu. Efek keributan praktis membuatnya harus menahan lapar karena semua tempat makan tutup. Tak satu pun warung buka karena takut terdampak seperti yang sudah jadi korban. Alhasil, Tomy hari itu cuma makan sekali.

"Baru siang ini bisa makan lagi karena sudah ada tiga warung yang memberanikan diri berjualan," ujarnya.

Dampak keributan ternyata tidak hanya membuatnya harus menahan lapar. Dia juga harus menahan kantuk. Tomy takut kalau saat tertidur terjadi keributan di tempatnya maka akan sulit menyelamatkan diri. Belum lagi listrik yang dipadamkan pada Senin malam pukul 19.00- 22.00 WIT membuat suasana hari itu makin mencekam.

Akses telepon genggam juga terbatas. Hanya telepon dan pesan singkat saja yang bisa diterima. Tomy mengaku akses internet diputus sejak pukul 19.00 WIT Senin malam sampai Selasa siang belum juga bisa digunakan.

Lebih lanjut dia berharap kondisi di Bumi Cenderawasih bisa segera normal lagi. Dirinya berharap kedamaian bisa segera kembali tercipta di Tanah Air.

"Tidak bisa tidur karena was-was. Kemarin saya makan juga dapat sumbangan dari ibu kontrakan belakang. Kalau tidak mungkin tidak makan seharian," kata dia lagi.

Komandan TNI dibacok

Gara-gara Bicara Kasar, Komandan TNI Dibacok Anggotanya Usai Apel Pagi

Pada video yang viral itu nampak luka bacok yang dialami komandan TNI tersebut berada di bagian belakang kepala, sebelah kanan hingga harus mendapatkan 12 jahitan.

img_title
VIVA.co.id
26 Oktober 2023