Pemindahan Ibu Kota, Kaltim 'Jualan' Bukit Suharto dan Sejarah Kutai
- Apkasi.or.id
VIVA – Gubernur Kalimantan Timur atau Kaltim, Isran Noor menjelaskan bahwa Bukit Suharto yang menjadi wacana tempat pemindahan ibu kota bukanlah hutan lindung. Namun, hanya hutan produksi.Â
"Kalau Bukit Suharto di Kutai Kertanegara. Itu bukan hutan lindung, itu hutan produksi eks HPH milik Inhutami dan Kayu Mahakam," kata Isran dalam acara diskusi di ILC tvOne, Selasa malam, 20 Agustus 2019.
Ia menjelaskan, di selatan tepatnya Bukit Bangkirai, memang masih hutan lindung. Di tempat tersebut, memang selama ini menjadi tempat perlindungan orang utan.
"Di kiri kanan dikelola masyarakat, tetapi tak legal. Ada tambang juga, banyak lubang tambang, kalau jadi ibu kota mirip Canberra. Itu Bukit Suharto adalah kawasan yang sangat strategis," kata Isran.
Ia menambahkan, Bukit Suharto juga memiliki waduk besar untuk sumber air. Nantinya, di waduk tersebut akan bisa dibangun tempat penyuplai air.
"Asap amanlah. Jadi, enggak kena asap. Di Kalimantan hujan terjadi," kata Isran.
Dia mengklaim, Pemerintah Daerah dan masyarakat pasti siap dengan pemindahan ibu kota ke daerahnya. Menurutnya, Kalimantan Timur juga daerah yang strategis yang aman dari kebakaran hutan dan lahan.
"Kalau dari sisi Pemerintah Daerah dan masyarakat pasti siap. Karena, kita punya motto samikna wa'atokna. Mendengar dan taat," kata Isran.
Ia menyebutkan lagi bahwa pada 2018, nilai ekspor langsung dari Kalimantan Timur sebesar US$18,6 miliar. Lalu, nilai yang diekspor dari luar sebesar US$12 miliar.
"Walaupun dalam anggaran Kalimantan Timur rendah, pertumbuhan ekonomi rendah, tahun ini paling rendah di seluruh Kalimantan, tetapi kontribusi pada negara besar. Kita terima. Ini wujud kesetiaan pada bangsa dan negara," kata Isran.
Â
"Ada juga sebuah sejarah yang mungkin kita lupa, termasuk saya juga lupa. Kerajaan tertua di Nusantara ada di Kalimantan Timur, Kerajaan Kutai. Raja pertama Kudungga yang dipengaruhi Hindu Siwa abad ke-4," ujarnya. (asp)