Mahasiswa UGM Penyebar Video Seks Ternyata Aktivis Diskusi Pilpres
- VIVAnews/Cahyo Edi
VIVA – Seorang mahasiswa UGM berinisial JA (26) harus berurusan dengan polisi, karena menyebarkan konten pornografi lewat media sosial. JA menyebarkan video dan foto seks mahasiswa UGM itu, saat sedang berhubungan intim dengan pacarnya yang berinisial BCH (22).
Â
Kasubdit V Cyber Crime, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY, AKBP Yulianto mengatakan, aksi nekat dilakukan JA, karena keinginan mengajak menikah korban tak mendapat restu dari orangtua korban.
"Tersangka inisial JA sudah sekitar dua tahun pacaran dengan korban. Namun, karena orangtua korban tidak setuju dengan hubungannya, tersangka merasa sakit hati, kemudian menyebarkan foto-foto dan video melalui media sosial," ujar Yulianto di Mapolda DIY, Senin 19 Agustus 2019.
JA Menyebar Video Hubungan Intim
Yuliyanto mengungkapkan, karena sakit hati JA menyebar luaskan foto dan video hubungan intimnya dengan sang pacar lewat sejumlah media sosial. Di antaranya, lewat WhatsApp dan Line.
"Tersangka yang sakit hati menyebarkan video dan foto kepada orangtua, keluarga dan teman-teman korban," kata Yulianto.
Mahasiswa UGM
Kepala Bidang Humas dan Protokoler UGM, Iva Ariyani membenarkan bahwa JA saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa UGM. Nama JA, sambung masih tercatat di data akademik UGM.
"Statusnya beliau (JA) masih tercatat sebagai mahasiswa UGM. Tapi semester ini belum tercatat registrasi. Terus, ini pihak dekannya juga sedang menuju ke sana untuk klarifikasi dan (melakukan) proses pengawalan ya," ujar Iva saat dihubungi.
Ketua Panitia Diskusi Sudirman Said di UGM Yang Batal
Sosok JA, ternyata tak asing bagi mahasiswa UGM. JA dikenal sebagai seorang aktivis di Fakultas Peternakan UGM. Nama JA mencuat, setelah sempat membuat heboh di momen Pilpres 2019.
Saat itu, JA menjadi ketua panitia diskusi publik yang menghadirkan Sudirman Said dan Ferry Mursyidan pada Oktober 2018 lalu. Diskusi ini dibatalkan, karena tak mendapatkan izin dari pihak UGM.
Pembatalan diskusi ini pun menjadi pro dan kontra. Tak sedikit pihak yang menuding UGM tak netral dan condong mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu lalu. (asp)