Pemimpin Hong Kong Jor-joran Cari Jalan Keluar Kerusuhan

Demonstrasi tolak RUU Ekstradisi di Hong Kong (BBC)
Sumber :

VIVA – Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan akan segera menyediakan platform untuk berdialog dengan warga dan mengatasi keluhan terhadap polisi.

Prabowo Berkomitmen Bangun Bandara di Bali Utara: Kita Bikin The New Hong Kong

"Pekerjaan akan segera dimulai untuk membangun platform dialog. Kami berharap dialog ini dapat dibangun atas dasar saling pengertian dan rasa hormat untuk menemukan jalan keluar bagi Hong Kong," kata Carrie Lam, seperti diberitakan The Guardian, Selasa 20 Agustus 2019.

Dia mengatakan platform tersebut akan bersifat terbuka dan langsung, sehingga pemerintah akan menjangkau orang-orang dari semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang politik.

Jurnalis di Hong Kong Jadi Target Partai Komunis Tiongkok?

"Saya sangat berharap ini adalah awal masyarakat kembali untuk tenang dan berbalik dari kekerasan," kata dia.

Diperkirakan sekitar 1,7 juta pengunjuk rasa melakukan aksi damai di tengah hujan lebat pada hari Minggu 18 Agustus 2019, yang juga menjadi pekan ke-11 gelombang protes massa yang kerap berakhir dengan bentrokan.

Kunci Sukses Investasi ala Gen Z! Belajar dari Beijing dan Hong Kong

Otoritas Hong Kong telah menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa dalam unjuk rasa sebelumnya. Ratusan orang telah ditangkap sejak Juni lalu.

Lam juga mengatakan bahwa organisasi pengawas Independent Police Complaints Council (IPCC) akan mempekerjakan para ahli dari luar negeri untuk membantu melakukan studi pencarian fakta, menyelidiki insiden yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, termasuk serangan oleh orang bersenjata di metro Yuen Long pada Juli lalu yang menyebabkan puluhan terluka.

Lam mengungkapkan dia berharap laporan yang akan selesai dalam waktu enam bulan itu akan membantu mencegah bentrokan kekerasan terulang kembali.

Para pengunjuk rasa menuntut penyelidikan pihak ketiga atas tindakan polisi. Namun nampaknya janji-janji Lam tidak akan memuaskan para pengunjuk rasa, karena para kritikus mengatakan IPCC sebagian besar terdiri dari tokoh-tokoh pro pemerintah yang tidak mungkin kritis terhadap polisi.

Aksi unjuk rasa yang dimulai pada bulan Juni lalu mulanya menentang RUU ekstradisi yang kontroversial, di mana orang-orang dapat dikirim ke China untuk diadili.

Namun unjuk rasa itu berubah menjadi gerakan yang lebih luas yang mana para demonstran menuntut lima hal yakni penarikan penuh RUU ekstradisi, pembentukan badan independen untuk menyelidiki kekerasan polisi, penghentian karakterisasi protes sebagai 'kerusuhan', amnesti bagi mereka yang ditangkap dan dimulainya kembali reformasi politik untuk memungkinkan pemilihan pemimpin dan legislatif Hong Kong dan pengunduran diri Carrie Lam. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya