Polemik Ceramah UAS, PBNU: Sebaiknya Tak Menghina Keyakinan Agama Lain
- Instagram @ustadzabdulsomad
VIVA – Ustaz Abdul Somad atau UAS baru-baru ini kembali menjadi perbincangan banyak pihak. UAS dikabarkan dilaporkan karena dianggap mencela atau menghina umat kristiani ketika menjawab pertanyaan dari salah satu jemaahnya di dalam majelis taklimnya.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU pun angkat bicara mengenai polemik UAS tersebut. Ketua PBNU Bidang Hukum, HAM dan Perundang-undangan Robikin Emhas menyatakan, dalam ajaran agama Islam Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 108 tentang larangan mencela atau memaki manusia yang meyakini Tuhannya selain Allah SWT.
Selain itu, lanjut Robikin, dalam surat Al-Kafirun juga Allah SWT telah menegaskan bahwa Islam mengajarkan toleransi antarumat beragama.
"Kenapa Islam mengajarkan umatnya untuk toleran. Lakum dinukum waliyadin (Agama mu agama mu, agama ku agama ku). Artinya toleransi itu penting. Dan untuk memahami toleransi itu pemikirannya harus luas, pemahamannya harus utuh," kata Robikin kepada VIVAnews, Minggu, 18 Agustus 2019.
Ia menambahkan, keimanan atau keyakinan seseorang dalam beragama merupakan hak prerogatif Allah SWT. Dengan demikian, Robikin menilai, berapa pun lamanya para pemuka agama berdakwah hal itu tidak akan otomatis mengubah keimanan seseorang untuk berpindah keyakinan.
"Ada contoh juga yang bisa kita ambil hikmahnya, kisah paman Nabi Muhammad SAW (Abu Lahab) yang dijelaskan dalam berbagai kitab sejarah, hingga akhir hayatnya sekali pun beliau tidak menyatakan dua kalimat syahadat. Apakah Kanjeng Nabi kurang mendakwahi beliau, tidak mungkin. Itu artinya, keimanan seseorang itu adalah hak prerogatif Allah SWT," jelasnya.
Lebih jauh ia meyakini, semua pemuka agama, seperti kiai, ustaz, pendeta, dan lain sebagainya pasti melakukan dakwah untuk memperkuat keimanan para jemaahnya.
Hanya saja ia berharap agar seluruh pemuka agama dapat bijak dalam melakukan dakwahnya, dengan cara tidak menjelek-jelekkan atau menghina keyakinan umat beragama lainnya.
"Saya yakin itu, bukan hanya kiai, ustaz saja, pendeta, biarawan pun mereka melakukan hal yang sama, yaitu memperkuat keimanan jemaahnya. Hanya saya berharap agar seluruh pihak bijaksana ketika menyampaikan pesan-pesan agama, termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari jemaahnya," katanya.
Di era digital saat ini, lanjut Robikin Emhas, sangat sulit dipisahkan antara percakapan yang sifatnya privat dengan bersifat publik. Dengan demikian, untuk menjaga hubungan toleransi antarumat beragama, ia mengimbau kepada seluruh pemuka agama untuk tetap menjaga perkataan ketika berdakwah agar tidak menimbulkan kegaduhan publik.
"Karena itu tadi, karena di era saat ini sulit sekali dipisahkan yang sebetulnya ruang privat, tetapi ketika diunggah di media sosial tidak bisa dipungkiri lagi bisa menjadi ruang publik. Meskipun orang bisa mengatakan, loh yang salah yang mentransmisikan ke media sosial, itu iyaa. Tetapi kan pada akhirnya itu juga akan menimbulkan efek kegaduhan publik," tutupnya.