Wacana Gunakan Rektor Asing Dinilai Lebih Sulit
- ANTARA FOTO/Ampelsa
VIVA – Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh, Samsul Rizal, menilai yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi adalah mahasiswa dan dosen asing.
Hal itu dikemukakan Samsul menanggapi rencana menghadirkan rektor asing di perguruan tinggi di Tanah Air.
"Sekarang yang dibutuhkan universitas bukan rektor asing tapi menarik mahasiswa asing. Kedua para dosen asing. Itu lebih mudah," kata Samsul usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.
Dia beralasan seorang rektor asing nantinya harus lebih memenuhi berbagai ketentuan yang ada di Indonesia. Seperti yang terkait peraturan atau memahami ideologi bangsa.
"Kalau rektor asing kan harus comply dengan Pancasila dan sebagainya. Itu harus ada aturan. Kalau ada aturannya ya kita terima saja karena semangatnya mempercepat kampus di Indonesia menjadi world class university," ujarnya.
Karena itu, Samsul menilai, hal yang lebih memungkinkan adalah mendatangkan dosen asing. Di kampusnya sendiri sudah banyak dosen asing yang pernah mengajar para mahasiswanya.
"PhD Unsyiah ada 650, itu dari luar negeri. Mereka ini memang tidak ada masalah dalam penulisan," ujarnya.
Meskipun demikian, menurut dia, seorang dosen asing juga perlu rekan atau partner. Dosen partner itu harus dikirim ke universitas di luar negeri dan kemudian menghasilkan karya tulis yang bagus.
"Yakni dosen senior yang doktor dan profesor diberi kesempatan ke luar negeri untuk membangun kerja sama. Nah pulang dari sana ada karya tulis yang dihasilkan," kata Samsul.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan rektor asing adalah salah satu langkah untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
Menurutnya, persaingan di dunia atau lingkungan global saat ini sudah semakin luar biasa. Hal inilah yang menjadikan alasan pemerintah membuka wacana untuk menghadirkan rektor asing di sejumlah perguruan tinggi Tanah Air.
"Upaya untuk menghadirkan rektor asing itu dalam rangka upaya competitiveness membangun sebuah kompetisi global. Enggak ada tujuan yang lain, tujuan ini, tujuan itu. Ndak," kata Moeldoko, ditemui di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2019. (ase)