Satu Titik Api di Gunung Ciremai Belum Padam, BNPB Terkendala Cuaca
VIVA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih melakukan pemantauan atas kebakaran hutan di kawasan gunung Ciremai, Jawa Barat. Berdasarkan pantauan Tim Apuy, satu titik api di hutan Gunung Ciremai belum padam hingga hari ini, pukul 17.00 WIB.
"Titik api teridentifikasi berlokasi di sebelah atas Blok Sanghiyang Rangka, jalur pendakian Apuy," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam siaran persnya, Senin 12 Agustus 2019.
Agus menjelaskan, Tim Apuy yang berjumlah 20 orang merupakan bagian dari tim gabungan yang dibentuk untuk pemadaman api di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
"Sementara itu, tim pos taktis Sanghiyang Ropoh memulai kegiatan pemadaman pukul 06.00 WIB secara manual di dua titik api yang berada di sebelah atas Blok Sanghiyang Ropoh dan api berhasil di padamkan pada pukul 15.00 WIB," ujarnya.
BNPB memastikan operasi pemadaman berlangsung, Pos Komando (Posko) Palutungan melakukan pengiriman logistik secara estafet untuk tim pos taktis lapangan, di Blok Sanghiyang Ropoh dan  tambahan personel lapangan.Â
Sedangkan dukungan udara, helikopter yang mampu membawa 4.000 liter air dalam bucket ini belum secara optimal membantu pemadaman. Helikopter jenis Bell 412 yang terbang hari ini, pukul 17.00 WIB tidak memungkinkan melakukan pengeboman air atau water bombing. "Kondisi cuaca memaksa helikopter mendarat dan siaga di helipad Patulungan," ujarnya.
Meski tak dapat beroperasi hari ini, helikopter akan tetap dioperasikan pada, Selasa, 13 Agustus 2019. Pemadaman dengan helikopter akan dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB dengan memperhatikan faktor cuaca.Â
Agus mengakui banyak kendala saat dilakukan pemadaman kebakaran, namun hal tersebut tak membuat petugas menyerah.Â
"Selain terkendala angin yang berubah setiap saat, beberapa tantangan di hadapi personel pemadaman. Faktor kawasan terbakar yang berada di atas ketinggian menyulitkan untuk pemadaman secara manual," ujarnya.Â
Dia menambahkan, "Angin kencang memicu loncatan bara api ke tempat lain. Hal tersebut ditambah lagi sumber daya manusia  dan sarana-prasarana terbatas." (ren)
Â