Pakar UI: Orang Sudah Bosan Pakai Masker
- Freepik/freepik
VIVA – Kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona atau COVID-19 dinilai pakar kesehatan masih rendah. Salah satunya, masih banyak masyarakat yang keluar rumah tanpa masker. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP mengatakan masyarakat tidak boleh bosen memakai masker. Karena, pakai masker ini sudah menjadi bagian dari kehidupan untuk mencegah penularan virus COVID-19.
"Kita sudah bolak-balik ngomong ini dari akhir Januari, orang sudah bosen juga pakai masker. Tidak boleh bosen pakai masker, karena masker itu sudah jadi bagian kehidupan kita," kata Ari dalam acara VIVA Talk pada Kamis, 25 Juni 2020.
Apalagi, kata dia, sekarang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan bahwa virus corona ini suatu masalah yang cukup besar dan belum berhasil secara dunia. Selain itu, masalah pandemi COVID-19 ini sudah menjadi endemi.
Baca Juga:Â Viral Tukang Bakso Ludahi Mangkok, Netizen Curiga Buat Penglaris
"Apa maksudnya endemi? Akan ditemukan sepanjang tahun. Jadi, masker itu sudah jadi bagian hidup kita," ujarnya.
Menurut dia, pemakaian masker juga harus dilihat benar atau tidak. Karena, Gugus Tugas juga menyebutkan ketika yang positif COVID-19 itu memakai masker dengan benar. Nah, perlu diperhatikan lagi cara pemakaian maskernya benar atau tidak.
"Tolong diperhatikan, pakai masker mesti ditutup semua. Misal, kalau mau ngomong susah karena pakai masker meski diturunkan. Kalau mau lepas, lepas sekalian. Kalau mau dipasang, pasang sekalian. Ini perlu diperhatikan, jangan diturun dan dinaikkan. Mungkin bisa saja tercemar lagi akhirnya terhirup virusnya, ini yang jadi masalah," jelas dia.
Selain pakai masker, Prof Ari juga mengingatkan masyarakat harus menjaga jarak di tempat manapun ketika berkerumun, dan biasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Jadi, masyarakat harus konsisten menjalankan protokol kesehatan seperti di tempat kerja, tempat ibadah dan lainnya.
"Coba lihat di terminal antar kota, ketika ada peluang memasukkan orang lebih banyak itu bakal dimasukkan. Nah, perlu sanksi yang berat secara konsisten. Begitu juga, tempat-tempat antrean harus diperhatikan karena tempat terjadinya kontak. Petugas juga perlu konsisten membersihkan," tandasnya.
Â