Penanganan COVID-19 di Jawa Timur Perlu Intervensi Pusat
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Ari Fahrial Syam mengatakan pengendalian penyebaran virus corona COVID-19 di Provinsi Jawa Timur memang diperlukan intervensi dari pemerintah pusat. Untuk itu, wajar jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut turun tangan.
"Jawa Timur angkanya sudah mendekati jumlah kasus yang ada di DKI Jakarta. Saya bilang, ini harus pusat turun tangan, gugus tugas ambil alih, tidak bisa Menkes," kata Ari saat acara VIVA Talk pada Kamis, 25 Juni 2020.
Per 24 Juni 2020, berdasarkan data Gugus Tugas, tercatat ada tambahan 183 kasus baru positif virus corona di Jawa Timur, jumlah kasus baru positif tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Secara keseluruhan, ada 10.298 kasus COVID-19 di Jawa Timur.
Presiden Jokowi pun telah memerintahkan dan membentuk Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang diketuai oleh Doni Monardo. Makanya, diperlukan adanya turun tangan dari pemerintah pusat untuk wilayah Jawa Timur.
"Jadi wajar kalau Presiden datang ke sana, kemarin Menkes, Pak Doni juga ada di situ. Artinya, ya melakukan intervensi-intervensi untuk mengatasi kondisi ini. Alhamdulillah, memang ini harus kita antisipasi," ujarnya.
Baca juga: Pria Ini Jadi Pasien Terlama Dikarantina, 12 Kali Swab Test Positif
Menurut dia, Jawa Timur merupakan suatu daerah yang cukup luas dengan populasi yang besar. Surabaya merupakan kota transit Jawa Timur. Sehingga, akan bahaya jika tidak bisa dikendalikan penyebaran COVID-19 disana.
Di samping itu, Ari mengapresiasi kebijakan yang diputuskan oleh Wali Kota Tegal untuk menerapkan lockdown ketika awal-awal kasus OCVID-19 ini muncul. Akhirnya, Tegal salah satu kota dengan jumlah kasus yang rendah.
"Ini salah satu contoh, jadi tergantung komitmen yang tinggi bagaimana pemerintah daerah melakukan upaya-upaya protokol kesehatan. Lockdown itu kan protokol kesehatan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi 'turun gunung' ke Provinsi Jawa Timur untuk memberikan arahan tentang pengendalian penyebaran virus corona COVID-19 pada Kamis, 25 Juni 2020. Sebab, Provinsi Jawa Timur terutama wilayah Surabaya Raya menjadi penyumbang tertinggi angka positif COVID-19.
"Sudah disampaikan oleh Gubernur, Ketua Gugus Tugas, bahwa angka positif yang terkena COVID-19 di Jawa Timur ada 183 kasus, ini kemarin. Ini terbanyak di Indonesia, hati-hati. Tapi juga yang menumbuhkan optimistis kita, angka kesembuhannya berada pada posisi lumayan, yaitu 31 persen," kata Jokowi.
Nah, Jokowi melihat yang paling tinggi adalah wilayah Surabaya Raya. Menurut dia, ini adalah wilayah aglomerasi yang harus dijaga dan dikendalikan terlebih dahulu. Memang, tidak bisa Surabaya sendiri tapi harus dalam satu manajemen. Misal, Gresik, Sidoarjo dan kota lainnya.
"Tidak bisa Surabaya sendiri, tidak bisa. Gresik harus dalam satu manajemen, Sidoarjo harus satu manajemen, dan kota lain. Karena arus mobilitas keluar masuk itu bukan hanya dari Surabaya, tapi dari daerah juga ikut berpengaruh naik dan turunnya angka COVID-19," ujarnya.