Waspada Nyamuk Penyebab DBD Menggigit Pukul 10.00-12.00

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pexels/icon0.com

VIVA – Di tengah pandemi COVID-19, pemerintah mengharapkan masyarakat waspada terhadap ancaman Demam Berdarah (DBD). Hal ini lantaran, Kementerian Kesehatan mencatat ancaman kasus DBD masih cukup tinggi hingga Juni ini.

Kasus DBD Melonjak, Ahli: 50 Persen Kematian Usia 5-14 Tahun

Ahli infeksi dan pedriati tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K) mengatakan bahwa nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD memiliki perilaku menggigit antara jam 10 sampai jam 12 siang.

"Dia senangnya gigitnya pada pagi hari, day biters, jadi antara jam 10 sampai jam 12 di masa anak-anak lagi sekolah. Kadang-kadang kenanya di situ. Sama sebelum magrib ya, jam 4 sampai jam 5 sore," ucap dr. Mulya pada saat dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Senin 22 Juni 2020.

Bisa Berujung Kematian, 3 Hal Ini Wajib Dilakukan untuk Cegah Demam Berdarah

Menurut dr. Mulya, nyamuk DBD menyukai tempat lembab dan genangan air, seperti bak mandi atau pot bunga. Maka dari itu untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk DBD dr Mulya menekakan pada upaya pencegahan dengan 3M.

Baca Juga: Ibadah Haji 2020 Terbatas, Hanya Bagi Warga yang Tinggal di Arab Saudi

Keren! Mahasiswa Ini Ciptakan Alat Pembasmi Nyamuk Tanpa Asap

"Yang penting, membersihkan tempat berkembang biaknya di air bersih. Minimal satu kali dilakukan, satu kali seminggu dengan menguras bak mandi, 3M tadi, itu memutuskan dari nyamuk jentik menjadi dewasa," kata dia.

Dia menjelaskan, Berbeda dengan gejala COVID-19 yang saat ini masih terjadi penularan, dr. Mulya mengungkapkan pada kasus penyakit akibat virus SARS-CoV-2 lebih ke sistem saluran napas atas. Sedangkan gejala pada DBD, ini lebih demam dan pendarahan kulit yang perlu diwaspadai, seperti mimisan, gusi berdarah, atau memar.

Sementara itu, gejala penderita DBD biasanya mengalami panas mendadak, kadang disertai wajah merah, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah-muntah dan biasanya bisa disertai pendarahan.

"Itu yang tidak ada pada COVID, pendarahan spontan, mimisan, gusi berdarah, atau timbul bintik-bintik merah di kulit, itu bisa terjadi," tambahnya.

Ia juga menjelaskan apabila penderita DBD pada hari ketiga panas tidak turun-turun, penderita harus meminum air. "Jadi, kalau hari  ketiga dia kurang minum, akhirnya pasti ada gejala-gejala tanda bahaya, warning sign kita sebutnya," ucapnya.

Dia melanjutkan, panas tinggi menunjukkan infeksi virus tinggi di dalam tubuh penderita. Suhu badan bisa mencapai 40 derajat.

"Nah, kalau demam 2 sampai 3 hari tidak membaik, segera ke rumah sakit," kata Dokter Mulya.

Bahaya lain dapat diamati melalui gejala berupa sakit perut, letargi atau lemas, pendarahan spontan, pembesaran perut, hati dan ada penumpukan cairan. Penderita yang mengalami kondisi tersebut bisa berdampak pada fase kritis.

Demam pada anak perlu diwaspadai para orang tua karena ini salah satu gejala DBD. Apabila menemui kondisi ini, penderita meminum air dan jangan sampai dehidrasi.

"Awasi asupan minum, kedua awasi buang air kecilnya, normal biasanya kalau cukup asupan cairannya, dia 4 sampai 6 jam harusnya buang air kecil, dan awasi aktivitasnya," pesannya.

Namun, apabila gejala semakin memburuk seperti muntah terus menerus dan tidak buang air lebih dari 12 jam, kita perlu berhati-hati dan penderita segera mendapatkan perawatan medis.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya