Gerhana Matahari Tak Terlihat di Medan Tapi di Aceh Tampak 12 Persen
- Istimewa
VIVA – Gerhana Matahari hari ini, Minggu terlihat di sejumlah titik di Indonesia. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) melalui Tim Observatorium Ilmu Falak membuka kunjungan publik untuk melakukan pengamatan gerhana matahari, Minggu 21 Juni 2020.Â
Pengamatan ini dilakukan dalam jumlah terbatas dan dengan menerapkan  protokol kesehatan ketat  karena  masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
Pengamatan Gerhana Matahari ini, berlangsung di lantai 7 Â gedung kampus pascasarjana UMSU di Jalan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara. Kepala OIF UMSU, Â Dr Arwin Juli Rakhmadi Butarbutar menjelaskan pengamatan dibuka terbatas bertujuan untuk menjawab antusias dan rasa ingin tahu masyarakat yang ingin menyaksikan langsung fenomena alam gerhana matahari di wilayah langit Sumut.
"Hasil pengamatan dari  teleskop canggih OIF UMSU, kita  juga menyiapkan fasilitas livestreaming," sebut Arwin kepada wartawan.
Baca Juga:Satu Keluarga di Papua Meninggal Keracunan Asap Karbon MonoksidaÂ
?
Dijelaskan, gerhana matahari  di Sumatera Utara  dimulai pada sekitar pukul 13.37 WIB, dan puncak gerhana diperkirakan terjadi pada pukul 14.48 WIB, dan  berakhir pada pukul 15.48 WIB.  Untuk itu, OIF UMSU  telah menyiapkan lima teleskop khusus untuk kegiatan pengamatan gerhana.
"Gerhana matahari kali ini masuk dalam  kategori sebagian dengan persentase 9 persen, dimana puncak gerhana terjadi sekitar pukul 15.00 WIB," tutur Arwin.
Aktivitas pengamatan gerhana matahari yang bisa diamati di wilayah Sumut merupakan fenomena alam menarik yang bisa terjadi 2 sampai 3 kali setahun. Pihak OIF sendiri menjadikan momen fenomena alam ini sebagai bahan penelitian evaluasi rasio gerhana dengan kamera  DSLR.
Selanjutnya, penelitian kemampuan daya tangkap kamera dalam pengamatan gerhana dengan kamera DSLR. Penelitian permukaan matahari dan fenomenanya saat gerhana dalam panjang gelombang hydrogen alpha - lunt solar systen.
"Gerhana matahari kali ini juga akan dijadikan objek penelitian perbandingan diameter matahari (pada gelombang white light) saat gerhana - kamera CCD," katanya.
Berbeda dengan pengamatan matahari sebelumnya di OIF UMSU yang biasanya melibatkan masyarakat secara langsung, Â dalam situasi pandemi COVID-19 keterlibatan langsung masyarakat dibatasi. Penerapan protokol kesehatan yang harus dipatuhi tidak memungkinkan bagi OIF UMSU Â menyiapkan fasilitas teleskop untuk masyarakat banyak.
Lebih lanjut, dalam pengamatan yang dilakukan TIM OIF UMSU menyiapkan lima teleskop yang telah dipasang filter cahaya matahari sehingga bisa menikmati proses pergeseran piringan bulan menutupi sebagian piringan matahari. Namun  pengamatan gerhana  terkendala karena  faktor cuaca mendung dan disertai hujan gerimis.
"Mengingat cuaca hujan gerimis, maka pengamatan gerhana matahari tidak bisa dilaksanakan secara baik. Alhasil teleskop yang kita siapkan terpaksa kita tarik lagi," kata Arwin.
Gerhana Matahari di Aceh
Berbeda dengan pengamatan gerhana matahari di Medan, di Aceh Gerhana Matahari parsial justru terlihat 12 Persen. Pemantauan gerhana matahari ini dilakukan di halaman Kanwil Kemenag Aceh.
Pemantauan dilakukan secara tertutup serta menerapkan protokol kesehatan dan keselamatan. Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Aceh, Saifuddin mengatakan, berdasarkan pemantauan, gerhana matahari parsial terjadi selama 2 jam 24 menit dengan besaran piringan bulan yang menutupi matahari  sebesar 12 persen.
"Gerhana matahari parsial terlihat di Aceh, puncak parsial pada pukul 14.35.21 WIB, dan akhir gerhana parsial terjadi pukul 15.42.21 WIB," kata Saifuddin, usai melakukan pemantauan, Minggu, 21 Juni 2020.
Ia menjelkan, gerhana matahari parsial terlihat jelas di Aceh, hanya saja beberapa saat sempat terhalang awan. Sementara, di berbagai daerah di Aceh juga dilaksanakan salat gerhana.
Baca Juga:Â Jaga Jarak Diabaikan, Jubir COVID-19: Car Free Day Perlu Dievaluasi
Ada 5 teleskop yang digunakan Kanwil Kemenag Aceh dalam pemantauan gerhana matahari parsial. Adapun teleskop yang digunakan yakni, Vixen VC200L, Vixen ED 100 sf, Williams 80 dan 2 unit Skywatcher E90.
"Biasanya setiap kali gerhana kita buka untuk umum dan kita juga melaksanakan shalat gerhana di sini. Namun karena dalam keadaan Covid, pemantauan dilakukan secara tertutup," ujarnya.Â