Gawat, Utang Pemerintah Membengkak Rp393,2 Triliun di Kuartal I 2020
- youtube.com/ tvOneNews/
VIVA – Pandemi virus corona yang menyebar di Indonesia menimbulkan ongkos ekonomi yang cukup besar. Dampak tersebut pun diprediksi telah dirasakan hampir semua kalangan masyarakat dari segala sektor ekonomi.
Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB sejak bulan April hingga Juni, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menukik dalam.
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani memperkirakan kuartal kedua 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,1%.
Baca juga: Keren Konsep Kabin Penumpang Bus Anticorona di Myanmar
“Kuartal kedua kita memperkirakan kontraksi akan terjadi. Karena memang ini full apa yang disebut PSBB diberlakukan di berbagai tempat yang memiliki kontribusi ekonomi nasional sangat besar. Seperti Jakarta atau Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat dengan pembatasan sosial yang cukup restriktif," ungkap Menteri Keuangan seperti yang dikutip dari Program Indonesia Business Forum tvOne, Rabu 17 Juni 2020..
Untuk mendongkrak ekonomi di kuartal 3 dan 4 tahun 2020, pemerintah mengeluarkan stimulus jumbo sebesar Rp677,2 triliun. Namun konsekuensinya, beban utang melonjak dan defisit APBN membengkak.
"Akan tapi itu merupakan sebuah hal yang saya rasa bisa ditolerir, karena yang paling penting adalah melevel rates perekonomian. Jika perekonomian tidak dibantu sekarang, tidak dilevel rates di momen-momen seperti ini, maka bisa jadi di masa depan perekonomian akan kehilangan daya ungkitnya atau yang biasa kita sebut sebagai histeresis (ketergantungan sebuah sistem)," ujar Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal.
Baca juga: Tak Lagi Tayangkan Premier League, Ada Apa dengan TVRI?
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira mengkhawatirkan melonjaknya rasio utang di tengah pandemi. Padahal utang yang tidak dikelola dengan baik dan produktif justru akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Cukup mengkhawatirkan situasi utang, apalagi utang di tengah pandemi karena kita melihat adanya pelebaran defisit anggaran yang cukup signifikan dari angka 3% menjadi 6% lebih ya berdasarkan untuk kementerian keuangan. Ini artinya sampai akhir tahun sangat mungkin penambahan rasio utang pemerintah sendiri itu bisa melebihi angka 40% dari PDB," jelas Bhima Yudhistira.
Baca juga: Gawat, dr Tirta Ancam Keras Laporkan Warganet yang Bully Dia
"Nah ini kita situasinya sekarang nilai tukar rupiah cenderung fluktuatif, kemudian dari sisi pembayaran bunga itu juga akan menjadi beban, bukan hanya pada tahun fiskal sekarang, tapi juga pada tahun-tahun anggaran APBN ke depannya dengan baik dan produktif maka utang ini bisa jadi menghambat pertumbuhan ekonomi," kata Bhima.
Dalam 4 bulan pertama 2020 total utang pemerintah naik Rp393,2 triliun. Angka ini naik 14% lebih dibandingkan tahun lalu. Mampukah utang yang begitu besar menyelamatkan ekonomi kita, bagaimana pula dengan beban utang ke depan?