Indonesia Bakal Uji Vaksin Covid-19 Kepada 1.620 Orang
VIVA – Perang terhadap virus Covid-19 terus dilakukan. Pemerintah kini mengerahkan sejumlah perusahaan farmasi dalam negeri untuk melakukan uji klinis vaksin Covid-19. Diharapkan vaksin Covid-19 dapat digunakan pada tahun 2021 mendatang.
Saat ini sudah empat bulan lamanya, setelah kasus Covid-19 diumumkan oleh pemerintah ada warga yang terpapar virus ini. Kini pemerintah mulai melakukan trobosan untuk menemukan vaksin Covid-19.
Pemerintah melalui Menristek Bambang Brodjonegoro menyatakan, empat perusahaan farmasi dalam negeri akan melakukan dua uji klinis vaksin virus corona. Uji klinis pertama dilakukan perusahaan BUMN Bio Farma yang bekerjasama dengan perusahaan farmasi dari China, Sinovac. Sementara uji klinis kedua akan dilakukan Kalbe Farma, yang bekerjasama dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan, Genexine.
Â
Meski kerjasama dengan pihak lain, tapi nantinya pengembangan vaksin akan dilakukan secara mandiri oleh pemerintah Indonesia. Targetnya, pada 2021 vaksin ini sudah dapat digunakan.
Selain dengan perusahaan farmasi, sejumlah pakar dan peneliti Covid-19 dari Universitas Airlangga Surabaya, juga sedang meneliti lima jenis senyawa yang diperkirakan bisa menjadi obat untuk melawan virus corona.
Tapi senyawa ini masih harus melalui tahapan uji klinis dan uji efektifitas sebelum bisa diedarkan. Tidak hanya itu, PMI juga bekerjasama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, sedang meneliti obat dari plasma darah yang diambil dari pasien Covid-19 yang telah sembuh.
Dalam waktu dekat, uji klinis akan dilakukan pemerintah kepada manusia. Menurut Peneliti Utama Vaksin Covid-19 Unpad, Prof. Kusnandi Rusmil, sesuai rencana uji klinis akan dilakukan pada bulan Juli.
"Jumlah sampel 1.620, tapi untuk tahap awal dilakukan sebanyak 540 orang dulu yang diambil darah. Lalu 1.100 tanpa diambil darah, tapi langsung diberikan vaksin," kata Prof. Kusnandi Rusmil, Kamis 11 Juli 2020.
Baca juga:Â Vaksin Corona Buatan RI Gandeng Perusahaan China Segera Diuji Coba
Vaksin yang akan digunakan adalah yang dimiliki perusahaan farmasi China, Sinovac. Nantinya sebanyak 540 orang yang diuji dengan diambil darahnya, akan dipantau terus selama 9 bulan. Sementara 1.100 orang yang disuntikan vaksin akan dipantau untuk dilihat keamanannya.
"Tapi yang 540 itu, selain disuntik, juga dilihat imunogenisitas dari vaksinnya. Jadi dilihat kadar dan lain-lainnya," katanya.
Menurut Prof. Kusnandi, bila melakukan uji vaksin, akan dilihat efektifitas yang dilihat dari kadar zat antinya dan keamananya. Apakah reaksi lokal atau reaksi sistemik.
Lihat lebih lengkap penjelasan Prof. Kusnandi dalam video di bawah ini.