Soeharto Pernah Menolak Ditawari Pindah ke Negara Lain Usai Lengser
- www.nrc.nl
VIVA – Usai lengser dari jabatannya, Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, diklaim mendapat ajakan untuk bergabung dan memperoleh perlindungan dari negara lain. Namun, Presiden RI yang berkuasa selama 32 tahun itu menolak tawaran tersebut.
Kisah ini diceritakan pada hari ulang tahun Soeharto, pada 8 Juni, oleh putri sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut, di akun Instagram pribadinya.
Tutut menceritakan, pada periode tahun 90-an, ketika rakyat sudah menyuarakan agar Soeharto diturunkan dan diadili atas kesalahannya, sang ayah akhirnya mengikuti kemauan rakyat.
Soeharto yang memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Presiden kemudian ditawari oleh sejumlah pemimpin negara lain, untuk datang ke negara mereka. Akan tetapi, Soeharto menolak dengan alasan ingin tetap berada di Indonesia.
"Saya tidak akan pergi ke mana-mana. Ini rumah saya. Saya akan tetap disini. Sampaiken terima kasih saya pada sahabat-sahabat saya dari negara-begara lain. Tapi maaf, saya tidak akan meninggalken Indonesia. Saya lahir di Indonesia. Seandainya saya harus mati, saya akan mati di Indonesia, negeri dimana saya dilahirken,” tulis Tutut mengutip pernyataan Soeharto kala itu.
Kemudian, Soeharto ditanyakan mengenai keadaan yang mengancam dirinya. Ia pun mengaku tidak takut.
"Kenapa saya harus takut? Saya tidak bersalah. Saya sudah melakuken tugas saya dengan sebaik kemampuan yang saya punya. Saya meyakini, bahwa yang turun ke jalan, hanya terhasut oleh kelompok yang menginginken Indonesia hancur," kata Soeharto yang dikutip Tutut di situs pribadinya.
"Semoga Allah mengampuni mereka, dan segera menyadarken mereka, karena masyarakat kecil yang akhirnya akan lebih menderita. Kami hanya berlindung pada Allah Yang Maha Agung."
Tutut menuliskan cerita khusus soal Soeharto sehari sebelum hari ulang tahun Soeharto yang jatuh pada 8 Juni.
Lebih lanjut, Tutut juga mengenang peristiwa lain setelah Soeharto berhenti menjadi presiden. Sebab, ia dan keluarganya di Jalan Cendana hanya mendapatkan pengawalan dari satpam dan beberapa anggota ABRI yang ingin mengajukan pensiun.
Situasi tersebut terjadi karena pengawalan yang sebelumnya diberikan oleh ABRI kepada Presiden dan mantan Presiden dicabut oleh Presiden ke-3 RI, BJ Habibie.
Selain itu, Tutut pun tidak menerima atas tuduhan miring yang kerap dilontarkan kepada Soeharto. Menurutnya, sang ayah telah berjuang begitu banyak kepada bangsa dan negara.
"Yang lebih menyakitkan, sekelompok pembantu bapak pada saat bapak menjadi presiden, melakukan tindakan yang sangat tidak etis, yaitu akan mengundurkan diri dari jabatan Menteri kalau bapak tetap jadi Presiden," kata Tutut.
"Mungkin mereka berfikir, mereka akan bisa menguasai Indonesia, setelah bapak tidak jadi Presiden."