China dan WHO Berbohong Tentang COVID-19, Cek Faktanya

Ilustrasi Corona
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Sejak kemunculan virus corona atau COVID-19, banyak beredar rumor dan teori konspirasi tentang virus yang berasal dari Wuhan, China itu. Di media sosial saat ini sedang ramai klaim bahwa China dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) berbohong tentang wabah virus corona yang telah menjangkiti 6,8 juta orang di seluruh dunia.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Sebuah pesan whatsapp beredar menyebutkan bahwa China dan WHO sudah berbohong tentang COVID-19. Bahwa COVID-19 sebenarnya bukan virus melainkan bakteri, namun selama ini fakta itu ditutup-tutupi.

Italia-lah yang kali pertama menguak kebohongan itu, setelah Italia melakukan autopsi terhadap jenazah pasien COVID-19. Bakteri itu membuat pembuluh darah melebar dan membeku, sehingga Italia dapat langsung menemukan obatnya.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Berikut ini narasi rumor tentang kebohongan China dan WHO itu:

TOLONG DIBACA SAMPAI SELESAI HAL DIBAWAH INI (PENTING..!!!).

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Corona Virus adalah BOHONG...bukan dari Virus tapi dari Bakteri....semua ini diketahui oleh negara Itali..setelah mereka MENG-AUTOPSI JENAZAH KORBAN CORONA...

Ternyata CINA dan WHO menyuruh langsung dikubur dgn ditakut- takuti tertular Covid 19...padahal tujuan mereka supaya mayat tidak diautopsi.....yg berani melakukannya hanya ITALIA..dan ternyata diketahui oleh para ahli kedokteran, penyebabnya kematian adalah oleh bakteri (bukan Virus), dimana bakteri tersebut membuat pembuluh darah melebar dan membeku..maka langsung diketahui obatnya...setelah diminumkan obat tersebut kpd 1400 orang yg positif covid...langsung sembuh (baca dibawah ini akan diberitahu obatnya, ternyata diapotik kita banyak sekali)

Pantas Presiden Trump mengatakan : WHO menjadi boneka CINA
(mari kita baca dibawah ini)

CINA dan WHO..BERBOHONGI TENTANG COVID -19

Cina dan WHO menipu dgn mengatakan bahwa covid 19 adalah Virus dan menganjurkan supaya semua org yg terjangkit utk memakai ventilator (spy semua negara membeli alat ini).
WHO melarang semua negara utk melakukan autopsi terhadap mayat COVID dgn alasan akan tertular.

Tapi ITALIA tdk perduli, mereka tetap melakukan Autopsi dan mendapatkan kenyataan, ternyata BUKAN VIRUS YG MENYEBABKAN KEMATIAN, TETAPI BAKTERI YG MENYEBABKAN PEMBULUH DARAH MELEBAR DAN MEMBEKU.

DI ITALIA Obat untuk CORONA VIRUS AKHIRNYA DITEMUKAN

Dokter Italia, tidak mematuhi hukum kesehatan dunia WHO, untuk tidak melakukan otopsi pada kematian Coronavirus dan mereka menemukan bahwa BUKANLAH VIRUS, tetapi BAKTERI lah yang menyebabkan kematian. Ini menyebabkan gumpalan darah terbentuk dan menyebabkan kematian pasien.

Italia mengalahkan apa yang disebut Covid-19, yang tidak lain adalah "Koagulasi intravaskular diseminata" (Trombosis)

Dan cara untuk memeranginya, yaitu, penyembuhannya, adalah dengan "antibiotik, anti-inflamasi, dan antikoagulan".

Berita sensasional ini untuk dunia telah diproduksi oleh dokter Italia dengan melakukan otopsi pada mayat yang meninggal karena Covid-19.

??Menurut ahli patologi Italia. "Ventilator dan unit perawatan intensif TIDAK PERNAH DI BUTUHKAN”

Oleh karena itu perubahan protokol pandemi global di Italia, ????terungkap, penyembuhan ini, sudah diketahui oleh Negara Cina dan tidak melaporkan hanya UNTUK MELAKUKAN BISNIS.

(Sumber: Kementerian Kesehatan Italia.)

catatan :

Bagikan ini ke seluruh keluarga, lingkungan, kenalan, teman, kolega, rekan kerja ... dll. dll ... dan lingkungannya secara umum ...:

Jika mereka terkena Covid-19 ... yang bukan Virus seperti yang mereka yakini, tetapi bakteri ... diperkuat dengan radiasi elektromagnetik 5G yang juga menghasilkan peradangan dan hipoksia.

Mereka akan melakukan hal berikut:
Mereka akan minum *Aspirin 100mg dan Apronax atau Paracetamol...????

Mengapa? ... karena telah ditunjukkan bahwa apa yang dilakukan Covid-19 adalah menggumpalkan darah, menyebabkan orang tersebut mengembangkan trombosis dan darah tidak mengalir dan tidak mengoksigenasi jantung dan paru-paru dan orang tersebut mati dengan cepat karena tidak bisa bernafas.

????Di Italia mereka mengacaukan protokol WHO dan melakukan otopsi pada mayat yang meninggal karena Covid-19 ... mereka memotong tubuh, membuka lengan, kaki dan bagian tubuh lainnya dan menyadari bahwa pembuluh darahnya melebar dan membeku, semua pembuluh darah dan arteri dipenuhi dengan trombosis, mencegah darah mengalir secara normal dan membawa oksigen ke semua organ, terutama otak, jantung dan paru-paru, dan pasien akhirnya sekarat,

Setelah mengetahui diagnosis ini, Kementerian Kesehatan Italia segera mengubah protokol pengobatan Covid-19 ... dan mulai memberikan kepada pasien positif mereka *Aspirin 100mg dan Apronax atau Paracetamol...,

hasilnya : pasien mulai pulih dan hadir perbaikan dan Departemen Kesehatan merilis dan mengirim pulang lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari.

URGENT: mereka telah berbohong kepada kami, dengan pandemi ini, satu-satunya hal yang dikatakan oleh presiden kami setiap hari adalah data dan statistik tetapi tidak memberikan informasi ini untuk menyelamatkan warga negara, adalah bahwa Ini juga akan terancam oleh para elit? ...
kita tidak tahu, tiba-tiba semua pemerintah dunia, tetapi Italia melanggar norma ... karena mereka sudah kewalahan dan dalam kekacauan serius karena kematian sehari-hari ..., sekarang WHO. ..akan digugat di seluruh dunia, karena menutupi begitu banyak kematian dan jatuhnya ekonomi banyak negara di dunia ... sekarang dipahami mengapa perintah untuk MEMBEBASKAN atau segera mengubur mayat-mayat tanpa otopsi ... dan menamakannya sebagai sangat berpolusi.
Di tangan kita untuk membawa kebenaran dan harapan menyelamatkan banyak nyawa ....

Itulah sebabnya gel anti bakteri bekerja dan klorindioksida ... Seluruh PANDEMI adalah karena mereka ingin vaksinasi dan chip untuk membunuh massa untuk mengendalikan mereka dan mengurangi Populasi Dunia.

SEMOGA TUHAN MENYELAMATKAN KAMI ujar negara Italia

CEK FAKTANYA

Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa Italia mengetahui Corona Virus adalah bohong bukan dari virus tapi dari bakteri adalah klaim yang salah, seperti dikutip dari cekfata.com.

Menurut situs resmi Kementerian Kesehatan Italia , dijelaskan bahwa virus korona baru (COVID-19) adalah keluarga besar virus yang diketahui menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Covid-19 adalah virus RNA untai positif dengan penampilan seperti mahkota di bawah mikroskop elektron. Orthocoronavirinae subfamili dari keluarga Coronaviridae selanjutnya diklasifikasikan ke dalam empat generasi coronavirus (CoV): Alpha-, Beta-, Delta-, dan Gammacoronavirus. Genus Betacoronavirus selanjutnya dibagi menjadi lima subgenera (termasuk Sarbecovirus)

Virus korona diidentifikasi pada pertengahan 1960-an dan diketahui menginfeksi manusia dan berbagai hewan (termasuk burung dan mamalia). Sel epitel di saluran pernapasan dan saluran pencernaan adalah sel target utama. Sampai saat ini, ada tujuh jenis virus korona yang telah terbukti menginfeksi manusia.

Merujuk USA Today, setelah virus Korona baru diidentifikasi oleh otoritas China pada 7 Januari 2020, sejak itu Kementerian Kesehatan Italia belum mengumumkan penemuan obat atau mengubah pendiriannya tentang apa yang menyebabkan COVID-19. COVID-19 dianggap sebagai penyakit yang disebabkan virus dan menjelaskan bahwa antibiotik adalah pengobatan yang tidak efektif karena COVID-19 disebabkan oleh virus bukan bakteri.

Masih dari sumber yang sama, WHO juga tidak melarang otopsi pasien COVID-19. WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merilis pedoman bagi petugas kesehatan untuk melakukan otopsi secara aman terhadap pasien COVID-19 yang terkonfirmasi.

Untuk klaim bahwa “DI ITALIA Obat untuk CORONA VIRUS AKHIRNYA DITEMUKAN dan seterusnya, pada tanggal 26 Mei 2020, sudah pernah dibuatkan artikel periksa fakta di turnbackhoax.id di artikel berjudul “[SALAH] “Italia mengalahkan COVID-19 “Koagulasi intravaskular diseminata” (Trombosis)”.

Antibiotik, di sisi lain, tidak direkomendasikan pada pasien dengan COVID-19 karena penyakit ini disebabkan oleh virus dan antibiotik digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi bakteri.

Namun, akan salah untuk menyarankan bahwa perawatan untuk trombosis saja dapat membantu menyembuhkan Covid-19 . Banyak yang masih belum diketahui tentang virus dan sejauh ini tidak ada pengobatan atau antivirus yang telah dikenal luas sebagai efektif terhadap COVID-19.

Beberapa penelitian memang menemukan pasien COVID-19 yang mengalami trombosis. Namun, menyimpulkan bahwa pasien Covid-19 meninggal hanya karena trombosis keliru. Selain trombosis, pasien COVID-19 kebanyakan meninggal karena pneumonia dan gagal napas.

Menurut WHO, sekitar 80 persen penderita COVID-19 akan sembuh tanpa memerlukan perawatan rumah sakit. Tapi satu dari enam penderita bakal mengalami sakit yang parah. Dikutip dari BBC, dalam kasus yang parah ini, virus akan menyebabkan kerusakan pada paru-paru sehingga kadar oksigen dalam tubuh menurun dan membuat penderita sulit bernapas. Untuk meringankan kasus ini, ventilator digunakan untuk mendorong udara, dengan meningkatkan kadar oksigen, ke paru-paru.

Selain itu, ventilator memiliki pelembab udara, yang menambah panas dan kelembapan pada pasokan udara sehingga sesuai dengan suhu tubuh pasien. Pasien pun diberi obat untuk mengendurkan otot-otot pernapasan sehingga napas mereka dapat sepenuhnya diatur oleh mesin. Pasien dengan gejala lebih ringan dapat diberi corong yang dikenal sebagai ventilasi non-invasif, karena tidak memerlukan pipa internal. Bentuk ventilasi lainnya adalah tekanan saluran napas positif kontinyu (CPAP).

Dilansir dari India Today, berdasarkan penjelasan para praktisi kesehatan senior, tidak semua pasien COVID-19 membutuhkan ventilator dan ICU. Mereka yang membutuhkan ventilator dan ICU adalah pasien COVID-19 dengan kondisi kritis atau mengalami kegagalan multi-organ. Sergio Harasi, Direktur Unit Operasi Pneumologi Rumah Sakit San Giuseppe Italia, mengatakan, “Sebagian besar kematian COVID-19 disebabkan oleh pneumonia interstisial dan gagal napas. Klaim bahwa pasien tidak seharusnya diinkubasi patut dipertanyakan.”

KESIMPULAN

Menurut situs resmi Kementerian Kesehatan Italia , dijelaskan bahwa virus korona baru (COVID-19) adalah keluarga besar virus yang diketahui menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti MERS dan SARS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya