PPDB: Berebut Sekolah, Orangtua Siswa Khawatir Gaptek dan Kuota Masuk
- bbc
"Yang nggak punya gadget, nggak punya WiFi, nggak punya laptop, kita sudah punya solusi. Dia bisa datang ke sekolah yang dituju atau lewat sekolah asal minta tolong sekolahnya untuk mendaftarkanya," ujarnya.
- Siswa sekolah `tertinggal` secara akademik karena pandemi, orang tua: `Saya pilih anak selamat`
- Sekolah di rumah mulai diterapkan, tak semua siap
- Sekolah, universitas meniadakan kelas di tengah wabah virus corona
Meskipun Etty membolehkan untuk mendatangi sekolah untuk meminta bantuan mendaftarkan secara online, namun penerapan penjagaan jarak tetap diberlakukan demi menghindari terjadinya kerumuman saat pendaftaran.
"Kalau orang tua harus datang ke sekolah, harus diberi batas semisal nomor urut satu sampai 10 jam berapa sampai jam berapa. Dan sekolah sudah tahu penerapan itu," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Kota Solo, Kentis Ratnawati menambahkan untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki internet, pihaknya telah menyiapkan layanan WiFi gratis untuk pendaftaran PPDB online di Kantor Disdik Solo.
"Masyarakat yang memang mengalami hambatan kuota data internet bisa datang ke Kantor Disdik untuk difasilitasi internetnya. Jadi mereka bisa langsung daftar di situ dan terbuka selama 24 jam," sebutnya.
Menanggapi sistem PPDB daring, pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Totok Amin Sofijanto, mengatakan langkah itu terutama menjadi kendala bagi keluarga miskin di provinsi setempat untuk mengakses pendidikan. Bahkan menurut dia, tidak ada satu provinsi yang mampu daring 100 persen.
"Ini udah bias ke kelompok yang paham teknologi, yang memiliki kemampuan untuk membeli dan menggunakan teknologi," kata Totok kepada BBC News Indonesia.
`Daya tampung siswa cukup`
Rasa khawatir dialami oleh ibu seorang siswa di Jakarta terkait kuota masing-masing jalur masuk PPDB yang kini diubah, serta dampaknya terhadap kesempatan bagi anaknya.