Guru Besar UII Nimatul Huda: Tak Ada Niat Makar Terhadap Jokowi
- Istimewa
VIVA – Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Nimatul Huda angkat bicara terkait adanya dugaan teror lantaran bakal jadi pembicara diskusi virtual, dengan tema 'Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan' yang digelar mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Nimatul juga telah melaporkan seseorang bernama Bagas yang diduga melakukan pencemaran nama baik, fitnah dan berita bohong ke Mapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karena, ia menganggap Bagas melakukan penyebaran berita bohong bahwa acara diskusi dinyatakan sebagai gerakan makar.
"Terkait pencemaran nama baik dan fitnah yang dilakukan oleh Bagas yang dimuat di Youtube dan diviralkan,"
Selain itu, Nimatul juga melaporkan adanya dugaan ancaman teror pembunuhan oleh oknum yang tak dikenal. Secara singkat, ia menjelaskan kronologi adanya dugaan ancaman teror. Pada Kamis pagi, 28 Mei 2020, Nimatul mendapatkan banyak WhatsApp melalui handphone.
"Beberapa bukti ancaman untuk pembunuhan sudah kami laporkan. Kamis malam, ada beberapa orang datang ke rumah saya di atas jam 10 malam dan saya tidak buka pintu. Saya tidak tahu maksudnya apa, tapi menurut saya tidak logis bertamu di atas jam 10 malam dan itu mengganggu saya," kata Nimatul yang dikutip dari tvOne pada Selasa, 2 Juni 2020.
Gerakan makar
Nimatul menegaskan diskusi yang digelar Mahasiswa Fakultas Hukum UGM secara virtual pada Sabtu, 29 Mei 2020 itu tidak ada sama sekali niat untuk mengarah pada gerakan makar terhadap Presiden Joko Widodo.
"Saya menilai Bagas terlalu jauh untuk menilai aktivitas yang akan dilakukan mahasiswa. Saya sebagai pembicara yang sama sekali belum disampaikan, tapi dia (Bagas) sudah memberikan penilaian. Menurut saya tidak tepat, tidak layak dan sudah memenuhi unsur pidana," ujarnya.
Menurut dia, diskusi tersebut melihat dari TOR yang dibuat mahasiswa itu meliputi tentang sejarah pemakzulan, perkembangan pemakzulan berbagai negara sampai masuknya ke Indonesia dan pengalaman Indonesia terkait persoalan pemakzulan.
"Jadi sama sekali tidak ada bicara tentang penjatuhan Pak Jokowi atau apapun, tidak ada. Saya juga kenal panitia karena selalu dalam bimbingan saya 2 tahun berturut-turut untuk lomba karya ilmiah di Unpad, MPR dan UI. Kalau mau diarahkan ke sana, menurut saya Pak Bagas terlalu dini menilai orang dan dia tidak kompeten karena bukan ahli hukum tapi ahli teknik nuklir," jelas Nimatul.
Di samping itu, Nimatul juga sudah sering diskusi dengan mahasiswa bahwa prosedur pemakzulan Presiden sekarang ini tidak mudah. Karena, kata dia, DPR RI harus mencapai kuorum dan dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK). Setelah diputus MK, kemudian Putusan MK itu dibawa lagi ke DPR baru masuk ke MPR RI.
"Kalau lihat komposisi DPR sekarang, kan tidak mungkin untuk bisa impeachment. Mungkin pihak yang ketakutan itu sudah merasa ini akan makar. Menurut saya tidak ilmiah, harusnya mendengarkan dulu baru ambil sikap," ucapnya.
Baca juga: DPR Dikuasai Koalisi Pemerintah, Pemakzulan Jokowi Sulit Dilakukan
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Nimatul Huda menjadi sasaran teror orang tak dikenal. Diduga, teror ini terkait dengan keterlibatannya menjadi pembicara sebuah diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Constitutional Law Society (CLS) atau Komunitas Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM).
Rencananya, diskusi digelar pada Jumat, 29 Mei 2020 pukul 14.00-16.00 WIB. Sebelum diskusi digelar, kontroversi sempat muncul terkait tema yang diusung. Tema diskusi memang sempat diganti penyelenggara menjadi 'Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan'. Akhirnya, diskusi virtual tersebut urung digelar.
Dekan Fakultas Hukum UII, Abdul Jamil menjelaskan rumah Nimatul di kawasan Sorogenen, Kota Yogyakarta menjadi sasaran teror orang tak dikenal pada Kamis malam, 28 Mei 2020. Menurut dia, rumah Nimatul digedor-gedor dan ada orang tak dikenal juga berseliweran di depan rumahnya.
"Padahal, daerah rumah Prof Nimatul ditutup akses masuknya karena Covid-19. Saat digedor-gedor, Prof Nimatul posisi ada di dalam rumah. Kalau misalnya tamu itu kenal dengan Prof Nimatul harusnya menghubungi dulu kalau mau datang," ujar Jamil.