Kapan Sekolah Mulai Buka Jadi Polemik, Kak Seto Angkat Bicara

Psikolog dan pemerhati anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Basri Marzuki

VIVA – Beberapa hari belakangan, isu tentang kapan sekolah mulai dibuka kembali di tengah wabah virus corona menjadi polemik. Tahun ajaran baru pendidikan sebelumnya dijadwalkan akan dimulai 13 Juli 2020. Namun, Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebelumnya menegaskan pembukaan sekolah bakal dilaksanakan apabila kondisi terkait COVID-19 dinyatakan aman.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Di tengah polemik ini, pemerintah pusat saat ini juga tengah mempersiapkan protokol fase new normal untuk aktivitas warga di tengah pandemi Corona atau COVID-19. Pemberlakukan new normal dilakukan, sebagai alternatif untuk menghidupkan kembali sektor ekonomi yang terpuruk karena Corona.

Mulai perkantoran, usaha industri, instansi pemerintah menyiapkan tatanan new normal. Namun, ada kekhawatiran new normal ini akan merembet ke sektor pendidikan yaitu sekolah atau lembaga pendidikan. Sebab, kabar kegiatan belajar di sekolah kembali diberlakukan normal sudah didengar publik.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Baca Juga: Jabar Perpanjang PSBB Sampai 12 Juni 2020

Terkait polemik kapan sekolah mulai dibuka kembali, Pemerhati Anak, Kak Seto mengatakan, jangan terlalu terburu-buru memutuskan untuk mengizinkan anak belajar kembali di sekolah. Perlu dilakukan koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk perlindungan anak.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

"(Pandemi COVID-19) Ini adalah bencana. Jadi bukan cuma dipikiran masalah pendidikannya tapi juga kesehatan dan keselamatan hidupnya, jangan sampai hanya kejar kurikulum dan target tapi malah menimbulkan banyak korban," kata Kak Seto yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia lewat wawancaranya dengan tvOne, Kamis, 28 Mei 2020.

Kak Seto meminta, sebelum sekolah dibuka, pihak-pihak terkait di dunia pendidikan melakukan koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, juga melakukan konsultasi dengan IDAI, hingga koordinasi dengan para psikolog.

"Karena kesehatan psikologis anak juga perlu diperhatikan. Karena bisa saja anak mengalami demotivasi, phobia, kecemasan, munculnya kekerasan, dan ini berpengaruh pada konsentrasi siswa."

Jadi, saran Kak Seto, lakukan pertimbangan matang selain mempersiapkan sarana fisik anak juga butuh pendampingan psikolog terutama untuk anak-anak yang bermasalah dan terkena dampak COVID-19. 

"Mungkin ada yang kehilangan anggota keluarga, atau masalah ekonomi orangtuanya kemudian tidak bisa bayar SPP, tidak bisa beli alat tulis dan sebagainya. Silahkan jadi pertimbangan semua pihak."

Kak Seto pun mengungkapkan apa saja syarat yang harus dipersiapkan jika sekolah akan dibuka di tengah pandemi wabah virus corona. Apalagi, anak-anak sekolah akan mulai menghadapi fase dimulainya kehidupan dengan tatanan baru atau new normal. 

"Siswa harus siap mental. Lakukan koordinasi terus menerus melibatkan peran serta orangtua. Perlu kerja sama kedua unsur, harus ada panduan dinas pendidikan. Karena tidak semudah membalikkan telapak tangan memutuskan masuk bulan Juli atau Agustus," kata kak Seto. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya