Y.A.I Campus Ajak Masyarakat Rayakan Lebaran dengan Kesalehan Sosial
VIVA – Di masa pandemi Covid-19, tradisi Lebaran masih bisa dijalankan meski harus menggunakan tata cara yang harus mengikuti protokol kesehatan.
Di sisi lain, banyak hal positif baru yang bisa dilakukan tanpa harus mudik ke kampung halaman.
Perjuangan untuk meraih predikat takwa pada Ramadan tahun ini memiliki makna yang lebih dalam karena puasa dijalankan di tengah wabah Covid-19.
Aktivitas sosial dan fisik pun dibatasi sedemikian rupa untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah Covid-19.
Namun demikian, merayakan Idulfitri di tengah pandemi justru menjadi momentum dalam bentuk kesalehan sosial tentang kasih sayang, empati, dan kepedulian kepada sesama umat manusia.
Y.A.I Campus, dalam kepeduliannya terhadap dampak Covid-19 yang terjadi di Indonesia mengajak masyarakat untuk dapat melihat sisi positif dari wabah ini.
“Wabah ini harus menjadikan pribadi kita dalam menjalani hidup sesuai nilai dan etika sosial yang diajarkan agama. Saling menolong, gotong royong, silaturahmi—dalam arti mengenal lebih dekat kesulitan saudara-saudara kita, serta saling menguatkan dan memberi dukungan. Inilah momentum untuk menghadirkan manfaat dan keberkahan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.”
Lebaran sebelumnya, umat Muslim pada umumnya saling berjabat tangan bermaaf-maafan dengan keluarga, kerabat hingga sahabat.
Namun tidak dengan Lebaran kali ini. Lebaran tahun 2020 kali ini terpaksa digelar serba terbatas di tengah pandemi.
Meski demikian, tradisi untuk saling bertukar ucapan dan doa di Hari Raya Idulfitri masih bisa dilakukan.
“Kita bisa menggunakan jejaring sosial atau memanfaatkan smartphone untuk bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman. Kalian juga bisa mengucapkan selamat lebaran melalui caption-caption menarik untuk dibagikan ke media sosial, seperti Instagram, Twitter dan Facebook.”
Y.A.I Campus juga menekankan bahwa melalui pandemi ini mengajarkan kita agar mengukuhkan kebersamaan serta memperkuat persatuan dan kesatuan untuk menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan.
Dalam keterbatasan gerak sosial akibat kebijakan physical distancing, kita justru semakin dekat dalam perasaan senasib dan sepenanggungan serta tumbuh kesadaran dalam diri untuk patuh dan taat aturan pemerintah seperti menjalankan termasuk salat tarawih di rumah, Idulfitri salatnya di rumah, tidak mudik, hingga silaturahmi daring.
Bila dulu masyarakat saling memberikan ucapan secara langsung. Seiring berjalannya waktu, ucapan selamat Idulfitri 1441 H sudah bisa dilakukan melalui smartphone.
Dalam kondisi apapun, makna Idulfitri tidak akan pernah berkurang. Hal yang terpenting adalah bagaimana bisa menerima keadaan karena semua ini.
“Ketika kita menjalankan Idulfitri di rumah, itu juga sebenarnya sedang menjalankan perintah agama, antara lain menjaga jiwa, itu perintah agama yang paling utama. Jadi, salat di rumah termasuk dalam menjaga perintah agama, mencegah penularan penyakit, semua sesungguhnya juga sedang menjalankan perintah agama.”
Termasuk ketika kita harus mengikuti aturan-aturan yang diterapkan dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti sekarang ini.