Meski Idul Fitri, Operasi Turunkan Hujan tetap Lanjut
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Operasi modifikasi cuaca menurunkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan di Provinsi Riau tetap dilaksanakan pada dua hari Lebaran, 24-25 Mei 2020. Sejak operasi ini dilakukan pada 12 Mei 2020, total volume air hujan dihasilkan dari operasi tersebut sudah mencapai 33,8 juta meter kubik.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TMC-BPPT), Tri Handoko Seto, mengatakan, operasi ini tetap jalan terus karena potensi awan yang harus dioptimalkan.
"Kami pantau melalui radar secara near realtime setiap hari, sehingga diambil keputusan dilaksanakan penyemaian awan atau tidak, saat itu juga," kata Tri Handoko, keterangan tertulisnya, Senin 25 Mei 2020.
Hari ini, ujar Tri Handoko, tim TMC melaksanakan satu sorti penerbangan di wilayah Pelalawan, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir. Sedangkan, di hari pertama Idul Fitri, Minggu 24 Mei 2020, dikatakannya, telah dilakukan satu sorti penerbangan penyemaian awan di wilayah Kabupaten Bengkalis, Siak, dan Kepulauan Meranti.
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pantauan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Missing) selama operasi TMC berlangsung pada 13-23 Mei 2020, hujan turun merata di seluruh Provinsi Riau.
Curah hujan terbesar beada di Bengkalis, Siak, Dumai, Rohil, dan Kepulauan Meranti sebesar 80-300 mm. Sementara, di wilayah lainnya, curah huja berada pada kisaran 50-200 mm, kecuali Rokan Hulu dengan curah hujan hanya sekitar 10-120 mm.
"Hasilnya cukup baik guna pembasahan lahan gambut. Mudah-mudahan akan terus berlanjut," ucap Koordinator Lapangan Balai Besar TMC Posko Riau, Faisal Sunarto.
Faisal menambahkan, hingga Minggu 24 Mei 2020, total volume air hujan yang tercatat sudah mencapai 33,8 juta m3 dengan rata-rata curah hujan harian sekitar 7,6 mm. Sedangkan akumulasi curah hujan aktual AWS/ARG dari BMKG mencatat angka 83,3 mm.
Adapun jumlah materi semai NaCL yang digunakan selama operasi berlangsung hingga 25 Mei sekitar 8,8 ton. Seluruhnya disemai dalam 11 kali penerbangan.
Kepala Bagian Pelayanan Teknologi Balai Besar TMC, Sutrisno, mengatakan jumlah hotspot di wilayah Riau hingga 21 Mei terpantau nol titik. Sedangkan, untuk target pembasahan lahan dipantau berdasarkan data tinggi muka air lahan gambut.
"Trennya sebagian besar sudah menurun kendati masih di bawah nilai aman dari yang ditetapkan Badan Restorasi Gambut," ujar Sutrisno.
Sutrisno menjelaskan, TMC Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau dijadwalkan selama 15 hari. Setelah Riau, tim akan berpindah untuk menjalankan operasi yang sama di wilayah Sumatera Selatan sesuai arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Berdasarkan prakiraan BMKG, musim panas diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus. Operasi TMC dilaksanakan terlebih dulu di Riau karena mayoritas Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah lahan gambut di Provinsi Riau, telah menunjukkan pada level waspada.