Ironi di Hari Buruh, Kena PHK akibat Wabah Corona tanpa Pesangon
- bbc
"Kalau kesulitan mah kesulitan, bingung ya. Kalau bulan puasa mah banyak pengeluaran, risiko juga double. Risiko sehari-sehari seperti jajan anak. Biasanya satu hari [uang jajan untuk] anak paling besar dikasih Rp40.000 atau Rp30.000, sekarang jadi Rp15.000 atau Rp10.000, karena kalau nggak ada sama sekali ya nggak ada," ujar Neng.
Menurut Neng, ada kemungkinan perusahaan tempatnya bekerja tidak sanggup membayar uang Tunjangan Hari Raya (THR) para pekerjanya, sehingga ia melepas buruh kontrak.
"Kemarin waktu habis kontrak, dibilang akan dirumahkan satu minggu, tapi [ketika saya] mau masuk lagi, katanya diistirahatkan satu bulan, sampai sekarang saya belum masuk lagi. Bahkan yang masih ada kontrak 3 bulan, 6 bulan itu dikeluarin, tapi tidak semua," kata Neng. "Mungkin karena nggak mau ngasih uang THR, akibat [virus] corona."
Ia juga mengaku jenuh hanya berdiam diri di rumah, namun ia tidak memiliki pilihan lain karena saat ini sulit mencari pekerjaan di pabrik lain.
"Masih menunggu saja [bagaimana situasi] habis Lebaran, soalnya kan di pabrik garmen mana-mana juga sekarang tidak bakalan menerima [pekerja baru], nanti habis Lebaran baru [mempekerjakan]. Karena kebanyakan yang masih kerja juga di-PHK," ujar Neng.
Neng mengaku sempat didata sebagai salah seorang penerima bantuan uang tunai sebesar Rp300.000, namun sampai sekarang ia belum menerimanya.
Pendapatan Rp20.000 per hari
Bagi buruh yang dirumahkan, alternatif pekerjaan yang tersedia adalah menjadi pengendara ojek daring atau membuka usaha mikro dan kecil menengah seperti berdagang di warung atau di pinggir jalan. Namun, pekerjaan tersebut juga tidak memiliki prospek cerah di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.