Ironi di Hari Buruh, Kena PHK akibat Wabah Corona tanpa Pesangon
- bbc
"Saya untuk sementara masih fokus ini [mendapat uang pesangon]... bergabung bersama anak-anak yang lain, memberi support sama teman-teman yang lain biar semangat terus, biar semangat untuk memperjuangkan hak-hak karyawan," ujar Mansyur.
Mansyur kini sehari-hari sibuk bersama istrinya merawat anak-anak, yang berusia 8 tahun, 5 tahun, dan 5 bulan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Keluarganya kini mengandalkan uang tabungannya, namun ia memprediksi itu akan habis dalam satu bulan ke depan.
"Kemungkinan satu bulan ini saja, habis sudah. Setiap bulan bayar kontrakan, sepeda motor, lampu [listrik]. Istri mau nggak mau harus menerima. Sangat sedih sekali, kita sebagai orang tua tidak punya baju baru dan yang lain [saat Lebaran] nggak masalah, cuma kita lihat anak istri sangat sedih," ujar Mansyur.
`Tak punya tabungan`
Neng Hasanah di Sukabumi, Jawa Barat, juga baru-baru ini kehilangan pekerjaannya di sebuah pabrik garmen yang memproduksi pakaian jadi untuk merek internasional. Kontraknya tidak diperpanjang sejak 13 Maret meski ia telah bekerja di pabrik tersebut selama dua tahun.
"Atasan [saya] bilang `harap kalian semua mengerti, bukan apa-apa, ini kan barang [pasokannya] berkurang`, katanya begitu," kata perempuan berusia 32 tahun tersebut.
"Kalau yang dirumahkan tidak terlalu banyak juga, kemarin ada 400 orang yang keluar, yang kontraknya habis."
Ibu dua anak mengatakan saat ini ia pusing memikirkan bagaimana memberi uang saku anak-anaknya dan membayar pengeluaran setiap bulan seperti cicilan sepeda motor, televisi dan pengeras suara. Suami Neng bekerja serabutan dan dibayar setiap dua minggu sekali, katanya. Keluarganya juga tidak memiliki tabungan.