Kontroversi Dua Stafsus Milenial Jokowi Hingga Akhirnya Mundur
- vstory
VIVA – Dua anggota Staf Khusus milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengundurkan diri, yakni Adamas Belva Syah Davera dan Andi Taufan Garuda Putra. Keduanya menuai kontroversi di tengah penanganan virus corona atau COVID-19.
Andi Taufan sempat mengirimkan surat perihal kerja sama sebagai Relawan Desa Lawan COVID-19 kepada Bapak/Ibu Camat di seluruh wilayah Indonesia, bernomor: 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 tertanggal 1 April 2020.
Dalam surat itu, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) milik Andi Taufan diminta berpartisipasi menjalankan program yang diinisiasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di area Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
"Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut," kata Andi Taufan saat dikonfirmasi VIVA.
Kemudian, Belva Delvara juga disorot publik karena perusahaan Ruang Guru yang dipimpinnya itu dijadikan mitra pemerintah untuk memberi pendampingan kepada para pengangguran melalui program kartu pra kerja.
Namun, Belva langsung mengklarifikasi bahwa tidak terlibat dan ikut dalam pengambilan keputusan tersebut. Sebab, Belva juga tidak pernah menghadiri rapat mengenai prakerja bersama Kementerian Koordinator Perekonomian dan manajemen pelaksana (PMO).
"Saya TIDAK IKUT dalam pengambilan keputusan apapun di program prakerja termasuk besaran anggarannya maupun mekanisme teknisnya. Semua dilakukan independen oleh Kemenko Perekonomian dan Manajemen Pelaksana (PMO)," kata Belva lewat Twitternya.
Satu persatu mundur
Setelah mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan, akhirnya Staf Khusus Presiden Jokowi ini mengundurkan diri. Meskipun, mereka sudah menyampaikan pembelaan klarifikasi terhadap apa yang telah dilakukan sebagai pejabat di lingkungan Istana Kepresidenan.
Adamas Belva yang pertama menyatakan mengundurkan diri dari jabatan Staf Khusus Presiden Republik Indonesia pada Selasa, 21 April 2020. Ia mengunggah surat terbuka yang dikirimkan ke Presiden Jokowi di media sosial instagram.
"Saya sampaikan informasi terkait pengunduran diri saya sebagai Staf Khusus Presiden," kata Belva.
Menurut dia, pengunduran diri tersebut sudah disampaikan dalam bentuk surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) tertanggal 15 April 2020, dan disampaikan langsung kepada Presiden Jokowi pada 17 April 2020.
"Saya berterima kasih kepada Bapak Presiden Joko Widodo yang telah memahami dan menerima pengunduran diri saya," ujarnya.
Belva mengatakan seperti yang telah dijelaskan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian dan Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja (PMO), proses verifikasi semua mitra Kartu Prakerja sudah berjalan sesuai aturan yang berlaku, dan tidak ada keterlibatan yang memunculkan konflik kepentingan.
"Pemilihan pun dilakukan langsung oleh peserta pemegang Kartu Prakerja," ujarnya.
Namun, Belva mengambil keputusan yang berat ini karena tidak ingin membuat polemik mengenai asumsi atau persepsi publik yang bervariasi tentang posisinya sebagai Staf Khusus Presiden menjadi berkepanjangan.
"Yang dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi Presiden dan seluruh jajaran pemerintahan dalam menghadapi masalah pandemi COVID-19," jelas dia.
Sementara, Andi Taufan juga ikut mengundurkan diri sebagai Staf Khusus Presiden pada Jumat, 24 April 2020. Menurut dia, surat pengunduran diri sudah diajukan pada 17 April 2020 dan akhirnya disetujui oleh Presiden Jokowi.
"Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Bapak Presiden atas kepercayaan, pelajaran dan nilai-nilai yang diberikan selama perjalanan saya sebagai Staf Khusus Presiden," kata Andi Taufan lewat suratnya pada Jumat, 24 April 2020.
Ia beralasan mundur semata-mata dilandasi keinginan yang tulus untuk dapat mengabdi secara penuh kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang menjalankan usaha mikro dan kecil.
"Dalam kapasitas apapun, saya berharap kita semua dapat terus berjuang bersama, memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Dengan niat tulus dan usaha yang keras, saya yakin kita bisa menuju Indonesia yang lebih sejahtera," ujarnya.
Jokowi di mata Belva dan Taufan
Meski bertugas dalam waktu yang singkat, tapi Taufan dan Belva melihat Presiden Jokowi merupakan sosok pemimpin yang teladan dan pekerja keras untuk kebaikan masyarakat serta masa depan bangsa Indonesia.
"Begitu banyak pelajaran berharga yang saya petik. Saya pun tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu, saya sekali lagi mohon maaf dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik," kata Andi Taufan.
Dalam kapasitas apapun, Taufan berharap semuanya dapat terus berjuang bersama, memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. "Dengan niat tulus dan usaha yang keras, saya yakin kita bisa menuju Indonesia yang lebih sejahtera," ujarnya.
Sedangkan, Belva mengaku banyak pengalaman dan pelajaran yang didapatkan dari pekerjaan sebagai Staf Khusus Presiden Jokowi. Ia merasakan betul bagaimana semangat Presiden Jokowi dalam membangun bangsa dengan efektif, efisien, dan transparan.
"Sehingga di manapun saya berada, di posisi apapun saya bekerja, saya berkomitmen mendukung Presiden dan Pemerintah untuk memajukan NKRI," ucapnya.
Lalu, apakah mungkin bakal ada lagi Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial yang mengundurkan diri selain dua orang tersebut?
Kritik untuk Belva dan Taufan
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan harusnya Belva tidak saja mundur dari jabatan Staf Khusus Presiden Jokowi. Akan tetapi, ia harusnya mundur juga dari proyek yang didapatkan oleh Ruang Guru yang merupakan perusahaan dipimpin Belva.
"Sekalian harus mundur dari proyeknya. Harusnya batalkan juga proyek ini, penuh konflik kepentingan dan akal-akalan," kata Fadli lewat Twitter.
Adapun mantan Komisioner HAM, Natalius Pigai mengatakan Staf Khusus Presiden dan pejabat negara milenial belum bisa atau minim pengetahuan tentang tata kelola negara, keterampilan memimpin dan mentalitas.
"Jokowi berhentikan Semua Staf Khusus kalau mau benar-benar bangun negara. Jangan rusak imajinasi positif tentang milenial," katanya.