Kabar Gembira, Plasma Darah Bisa jadi Antibodi COVID-19
- pixabay
VIVA – Palang Merah Indonesia (PMI) bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau Lembaga Eijkman dan pemerintah untuk mendapatkan obat dari plasma darah guna mengobati penyakit virus corona atau COVID-19.
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla (JK) mengatakan PMI posisinya mendukung para ahli sesuai bidangnya untuk menemukan obat antibodi dari susunan dasar plasma darah yang diambil dari spesimen penderita COVID-19 yang sembuh.
"Teorinya Eijkman, PMI dan Depkes, RSPAD bersama-sama untuk bekerja mendapatkan obat dari plasma ini untuk obat antibodi," kata JK saat disiarkan tvOne pada Senin, 20 April 2020.
Menurut dia, cara kerja obat ini harus ada pasien yang sembuh COVID-19 mau menyumbangkan ke PMI. Sebab, hanya PMI yang punya klasifikasi menarik darah dari tubuh yang ada di 15 tempat untuk bisa menarik plasma tersebut.
"Saya bukan ahlinya secara teknis. Intinya, kalau orang sembuh berarti ada kekuatan di tubuhnya untuk melawan virus itu. Nah, makanya plasma itu diberikan," ujar mantan Wakil Presiden RI ini.
Ia mencontohkan di Iran dan China masing-masing negara sudah melakukan, sedangkan Indonesia baru mulai. Tujuannya, kata dia, untuk meningkatkan antibodi mencegah virus tersebut.
"Ini praktik yang sudah lama dijalankan tapi digunakan ulang untuk hal ini. PMI siap melakukan hal tersebut. Saat flu Spanyol 100 tahun lalu pernah dilakukan, tubuh manusia dapat sembuh kalau ada obat katakanlah kita tingkatkan daya tahan tubuh kita untuk lawan itu," jelas dia.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengatakan, plasma darah ini bukan untuk pencegahan, jadi hanya dikhususkan untuk mereka yang masih sakit. Agar obat plasma ini bisa digunakan, saat ini pihaknya bersama PMI sedang melakukan uji coba, menyelesaikan protokol dan prosedurnya, juga etiknya agar donor aman ketika diambil.
“Setelah plasma diambil tentu setelah diambil kita pastikan donor itu siap, maka selanjutnya diambil plasma nya saja, kemudian darahnya dikembalikan. Plasma nya nanti di cek, baru nanti diberikan ke pasien yang membutuhkan. Prosesnya 2-4 minggu,” kata Prof Amin dalam wawancara dengan tvOne.