Ahli Geologi BMKG Ungkap Data Penting Dentuman Misterius Jakarta
VIVA – Hingga saat ini suara dentuman misterius yang menghebohkan Jakarta dan beberpaa kota penyangga pada Sabtu dini hari 11 April 2020, masih menjadi misteri yang tak terpecahkan.
Suara dentuman yang awalnya sempat ramai dikaitkan dengan meletusnya Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, ternyata secara fakta dan data tak terbukti tak ada korelasinya.
Dan semua fakta diungkapkan badan-badan terkait, mulai dari Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, lalu oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Bahkan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasioonal alias LAPAN.
Nah yang menarik, ternyata dentuman misterius itu masih membuat banyak pihak penasaran dan berusaha mengungkapkan berbagai analisa dan data penting terkait fenomena aneh itu. Salah satunya dilakukan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono.
Daryono menulis serangkaian analisanya di akun Twitter pribadinya, Minggu 12 April 2020. Dalam analisanya, Daryono mengungkap berbagai data dan analisa.
Mulai dari fakta gempa tektonik, sejarah dentuman serupa yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia hingga teori Skyquake. Namun, tampaknya Daryono masih ragu untuk menyimpulkan apa sebenarnya pemicu munculnya suara dentuman itu? Simak rangkaian Twit data dan analisa Daryono yang dikutip VIVA.co.id:
Gempa tektonik terkadang dapat mengeluarkan bunyi ledakan jika magnitudonya signifikan dengan hiposenter sangat dangkal. Suara ledakan yang timbul saat gempa bisanya hanya sekali saja saat terjadi deformasi utama, tidak beruntun berulang-ulang seperti dentuman kemarin pagi.
Kasus di Imogiri Bantul 2006, bunyi dentuman tidak beruntun, dentuman terjadi beda hari, bahkan berhari hari. Gempa yang dapat mengeluarkan ledakan dipastikan tercatat sensor seismik. Kemarin pagi BMKG tidak mencatat gempa di sekitar Bogor sehingga dentuman tersebut tidak berkaitan dengan gempa tektonik
Kemungkinan terbesar sumber suara dentuman kemarin pagi hanya ada 2, yaitu dari petir atau Gunung Anak Krakatau, Bogor dan Depok adalah kota petir. Namun kita juga punya pengalaman misteri suara dentuman di Jabar dan Sumsel pada akhir 2018 terkait erupsi Gunung Anak Krakatau
Skyquake untuk menyebut suara yang datang dari langit. Pengguna istilah ini belum dapat jelaskan konsep ilmiahnya. Konsep mapannya adalah infrasonic wave, sonic boom dan lain-lain. Saat dentuman, tidak ada laporan dri stasiun pendeteksi sonic boom . Saat itu juga tidak ada laporan pesawat dengan kecepatan suara.
Tetapi saya skeptis jika petir mampu didengar dalam jarak yang sedemikian jauh, seperti Bogor-Pasar Minggu-Pamulang. Beberapa literatur disebutkan, pada kondisi atmosfer ideal pun suara guruh paling jauh dapat terdengar hanya dalam jarak 16-25 kilometer.
Diagram ini menjelaskan bahwa suara dapat mengikuti ke mana arah angin. Suara tersebut akan mengalami pembiasan menuju permukaan bumi hingga meski pada jarak jauh dapat menjadi lebih jelas suara terdengar juga hanya pada wilayah tertentu.
Baca: LAPAN Buka Fakta Satelit Gunung Krakatau dan Suara Dentuman Misterius