Logo BBC

Virus Corona, Kapan Ventilator Buatan Indonesia Diproduksi Massal

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Per 9 Maret, jumlah kasus Covid-19 terkonfirmasi sebanyak 3.293 dengan angka kematian 280 jiwa dan angka kesembuhan 252 jiwa. Tingkat kematian di Indonesia akibat Covid-19 mencapai 8,1% termasuk salah satu yang tertinggi di dunia.

Sejumlah lembaga dan universitas berlomba membuat ventilator.

Salah satunya, kolaborasi para peneliti di Fakultas Teknik UI (FTUI), Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Rumah Sakit UI (RSUI), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta Jurusan Teknik Elektromedik dan RSUP Persahabatan Jakarta.

Ketua Tim Ventilator UI, Basari, menamai produknya Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya Berbasis Sistem Pneumatik (COVENT-20). Kata dia, produk sudah melalui uji kalibrasi dengan PT Medcalindo, perusahaan di bidang kalibrasi peralatan medik.

"Tahapan selanjutnya adalah pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan uji klinis di RSUI sebelum pengurusan izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal," kata Basari.

Produk yang diciptakan oleh tim yang berjumlah 10 orang ini sudah dilakukan sejak tiga pekan terakhir.

COVENT-20 merupakan jenis ventilator noninvasif, yang artinya tidak menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam rongga pernapasan pasien yang kesulitan bernapas.

Basari mengatakan jenis ventilatornya mudah dimobilisasi sekaligus dapat digunakan dalam kondisi darurat.

"Jadi pasien itu ada yang sadar, ada yang tidak sadar. Tidak sadar katakanlah pingsan. Kita harus pressure dia, kita berikan kayak napas buatan," kata Basari sambil menjelaskan ini sebagai Continuous Mandatory Ventilation (CMV).

Ketika pasien sudah sadar namun belum dapat mengatur napas dengan baik, maka pengguna COVENT-20 bisa diubah ke moda Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Moda ini dapat mengatur hembusan dan tarikan napas pasien sehingga tetap menjaga kadar oksigen di dalam paru-paru.

"Alat itu bisa digunakan untuk di rumah. Misalnya PDP atau ODP yang memiliki gangguan napas yang karantina diri. Atau yang dia memang PDP atau positif mau dimasukkan ke ruang isolasi, selama perjalanan dari rumah ke rumah sakit [bisa menggunakan alat ini]," kata Basari.

Kelebihan lainnya, COVENT-20 bisa beroperasi di mana pun karena dilengkapi batere isi ulang. Pengguna tak perlu repot mencari sambungan listrik. Harga produksinya mencapai Rp25 juta per unit.

Basari mengatakan sudah ada perusahaan yang mengajukan kerjasama untuk memproduksi secara massal jika alat ini lolos uji dari Kemenkes. "Kabarnya, mereka bisa sanggup di pabriknya 200-250 ventilator per bulan," katanya.

Selain UI, kampus lain yang sedang dalam proses uji dan izin produksi ventilator adalah Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berkolaborasi dengan YPM Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dengan nama Vent-I (Ventilator Indonesia). Inovasi serupa juga dilakukan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), yang harga produksinya dibandrol Rp20 juta.