Wartawan Bergejala Corona Meninggal Usai Ditolak RS, Apa Solusinya
- bbc
Faisal menegaskan, wabah Covid-19 tidak seperti penyakit lain yang bisa menjalani perawatan di ruang terbuka, seperti lorong rumah sakit, atau digabung dengan pasien lainnya.
- Virus corona: Apa risiko naik bus, kereta, dan pesawat di tengah wabah virus?
- Mengapa Indonesia `tidak terbuka`, sementara negara lain bersikap `transparan` soal virus corona?
"Dulu demam berdarah bisa kita taruh di lorong, gang, dan lain. Kita tidak menolak pasien karena demam berdarah kan tidak menular. Kalau ini Covid kan menular, tidak bisa sembarangan kita taruh tempat. Jadi itu masalahnya," kata guru besar kedokteran dari Universitas Indonesia itu.
Senada dengan itu, Ketua Purna PB Ikatan Dokter Indonesia, Oetama Marsis, menyebutkan hambatan yang dialami oleh RS rujukan adalah kekurangan APD dan jumlah pasien yang besar.
"Indonesia ( Kemkes) awalnya lambat dan tidak sigap dalam menghadapi pandemi Covid-19, walaupun saat ini Pemerintah sudah mulai berjalan di jalur penanganan yang benar, tetapi tampaknya belum siap untuk menghadapi "ledakan" covid 19," kata Oetama.
`Semua rumah sakit wajib rawat pasien Covid-19`
Kemudian, apa solusi atas ditengah keterbatasan jumlah ruang dan fasilitas rumah sakit rujukan dalam menangani pasien virus corona?
Faisal menegaskan bahwa pemerintah harus mengeluarkan keputusan tegas dengan memerintahkan seluruh rumah sakit untuk menangani pasien corona.
"Itu berlaku juga di seluruh dunia, tidak cukup jika hanya RS rujukan (yang menangani). Semua RS yang punya ICU, ventilator dan ruang isolasi turut berpartisipasi karena tidak mungkin semua ditanggulangi hanya oleh RS rujukan, dan hanya oleh dokter paru. Semua harus bergerak!" kata Faisal.