Mungkinkah Fatwa Agama Cegah Kebakaran Hutan di Indonesia?
- bbc
Sementara, praktik pembakaran lahan telah dilarang sejak 2014, peneliti Balitbang dan Inovasi KLHK Murniati, menemukan bahwa pada 2016 pembakaran lahan masih banyak dilakukan di Siak, Riau.
"Mereka pada dasarnya khawatir ketika membakar lahan, namun mereka tidak memiliki uang untuk membiayai teknik nonpembakaran," ujar Murniati.
Salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah menyewa ekskavator untuk membersihkan semak. Untuk melakukan ini, petani harus mengeluarkan uang sebesar Rp20 juta per hektar.
Alternatif lain adalah melakukannya dengan tangan dan menggunakan herbisida, yang membutuhkan biaya Rp1,8 juta per hektare.
Namun Azmi mengatakan pembersihan lahan secara manual memungkinkan dilakukan.
"Tragedi kebakaran lahan yang terjadi pada 2015 sangat buruk. Anak-anak jatuh sakit dan meninggal dunia karena asap dan saya tidak mau berkontribusi dalam bencana itu," ujarnya.
Dia juga menggunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanah.
"Saya mencampur nanas, terasi, jahe dan resep lain untuk membuat pupuk," ujarnya.
Untuk membuatnya, dia hanya memerlukan Rp30.000 yang bisa digunakan untuk 5 - 6 hektar.
"Alhamdulillah, tomat dan melon yang saya tanam berkualitas bagus," ujarnya.
Ketika tidak sedang bercocok tanam, Azmi berceramah di beberapa kesempatan - tidak hanya masjid dengan jemaah pria, namun juga bagi para perempuan dan anak-anak.
Setidaknya ada 30 orang yang bergabung dengannya untuk mempromosikan metode pertanian tanpa membakar lahan, kata dia.
Herry Purnomo, peneliti di Center for International Forestry Research (CIFOR) menganggap pendekat Islami inovatif, akan tetapi dia menekankan bahwa ceramah agama tidak akan cukup.
"Selalu akan ada tantangan di lapangan yang membuat petani tetap berada di jalur yang sama," ujarnya.
Herry menuturkan kisah seorang petani yang sudah bekerja keras membersihkan lahan secara manual, dan menanam pohon gaharu di lahan itu.