Daun Ganja Diekstrak Jadi Obat Corona, Diisap Rusak Saraf
VIVA – Seorang peneliti di Aceh, baru saja membuat kabar menarik terkait wabah Virus Corona atau COVID-19. Peneliti itu menyebut bahwa daun ganja yang selama ini dianggap berbahaya, ternyata berpotensi menjadi penangkal virus mematikan itu lho.
Menurut peneliti asal Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, bernama Profesor Musri Musman. Daun ganja yang selama ini diharamkan itu ditemukan kandungan Cannabidiol (CBD). Dan bila kandungan itu diekstrak menjadi minyak, berpotensi dapat menangkal virus corona yang menyebar di dalam tubuh manusia.
Musri menjelaskan, sistem virus corona masuk ke tubuh manusia lewat saluran paru-paru. Sehingga, menimbulkan pneumonia atau radang paru. Hal itu mirip dengan kondisi kasus penyakit paru-paru karena infeksi virus tertentu.
Namun, benar-benar harus diekstrak lebih dahulu, jika tidak dan cuma diisap malah hanya akan merusak saraf otak.
"Tidak seperti itu (penggunaan di isap). Yang di isap itu THC, itu langsung ke saraf otak. Dia akan bekerja seperti psikotropika. Kalau CBD itu waktu kita makan dia tidak bersifat psikotropika tapi psikoaktif, tidak ada menyebabkan halusinasi," kata dia, Sabtu 21 Maret 2020.
Ekstrak zat CBD dalam ganja, selain penyakit paru-paru juga berguna untuk penyakit asma dan herpes. Jika terserang penyakit paru-paru akan ditandai dengan peradangan. Akibatnya, terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel dalam tubuh atau disebut dengan sitokin.
"Saya berkesimpulan CBD pada penyakit-penyakit itu bisa melakukan anti inflamasi. Kenapa tidak pada kasus virus corona," ujar Musri .
Sementara akibat dari inflamasi, akan menyebabkan perangsangan antibodi yang berlebihan, dan akan berakibat kegagalan pada organ khusus pada tubuh seseorang.
"CBD yang dicoba, ternyata mampu menghentikan pengeluaran anti bodi yang berlebihan dari sistem imun. Ini sama dengan kasus corona,” sebut Musri yang merupakan ahli kimia bahan alam di Universitas Syiah Kuala.
Musri menjelaskan, yang terpenting dalam zat yang terkandung dalam ganja ialah adanya CBD. Zat itu ada di daun ganja, bunga serta buahnya. Untuk di Aceh, menurut dia, kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganjanya cukup banyak, yakni hampir 30 persen. Tapi, itu tergantung masa panen dan tanam. Bahkan, bisa lebih rendah.
"Yang masalah cuma THC itu saja. Cannabis THC di Aceh bervariasi dari spesies ganja lain, yang paling banyak dikita jenis sativa lebih banyak, ada sekitar 30 persen tapi itu tergantung masa panen. Sementara kandungan CBD itu tergantung dari varietas di cannabis,” kata dia.
Baca: Kronologi Aksi Gila Kim Jong Un Tembakan 2 Rudal ke Arah Jepang