Perang Cuit Fadli-Bonnie Triyana soal Keris Naga Siluman Diponegoro

Keris Pangeran Diponegoro, Kiai Nogo Siluman.
Sumber :

VIVA – Raja dan Ratu Belanda, Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima mengunjungi Indonesia. Dalam agenda tersebut, Raja dan Ratu Belanda menyerahkan keris yang diketahui milik Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa, 10 Maret 2020.

Alasan Belanda Minta Maaf ke Rakyat RI terkait Perang Kemerdekaan

Keris disebut milik Pangeran Diponegoro itu selama ini disimpan di Belanda. Namun soal keris itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon beradu argumen dengan sejarawan Bonnie Triyana. Fadli mempertanyakan soal keaslian keris Pangeran Diponegoro itu.

Berikut perdebatan antara Fadli dengan Bonnie muncul di lini Twitter pada Kamis, 12 Maret 2020.

Belanda Minta Maaf ke Indonesia Atas Kekerasan pada 1945-1949

Awalnya, Fadli selaku Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) mengoreksi bahwa keris itu bukan Naga Siluman melainkan keris Dhapur Naga Raja. "Naga Raja memang mirip dengan Naga Sasra, hanya beda di mahkota. Jangan menyesatkan sejarah," tulis Fadli.

Menurut dia, pemerintah kirim tim riset ke Belanda meneliti Keris Diponegoro tanpa libatkan ahli/kurator keris. "Jadi, hanya meneliti dokumen? Nah setelah lihat gambar, dengan mudah orang perkerisan tahu bahwa itu bukan Keris Naga Siluman Diponegoro. Ini soal basic, ciri-ciri jelas. @BonnieTriyana," cuitnya.

Revolusi Kemerdekaan: Kekerasan Ekstrem Tentara Belanda dan Indonesia

Ditandai di Twitter, akhirnya Bonnie meluruskan pernyataan Fadli tentang pemerintah mengirim tim riset ke Belanda. "Yang dikirim bukan tim riset. Penelitiannya sudah dilakukan oleh para peneliti Museum Volkenkunde. Tim yang berangkat dipimpin oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid. Dalam tim, ada sejarawan UGM Sri Margana yang mencoba mencocokan hasil penelitian dengan obyek. Syarikan menulis peristiwa tersebut," dicuitkan Bonnie.

Kemudian Bonnie bertanya kepada Fadli apakah sudah membaca hasil riset Dr Jani Kuhnt-Saptodewo, yang pernah bekerja sebagai kepala koleksi Asia Tenggara di Weltmuseum, Wina soal keris Diponegoro ini? "Saya yakin para peneliti terbuka untuk menerima versi lain selama itu hasil penelitian bukan sekadar sawang sinawang. Begitu pula saya," kata Bonnie di Twitter.

Membaca jawaban dari Bonnie lalu Fadli menyarankan agar tim riset yang dibiayai APBN itu mengundang uji publik soal keris Dipononegoro. "Oh jadi ini riset pustaka? Ada banyak ahli keris di Indonesia yang dengan mudah identifikasi dhapur keris. Ini soal elementer. Saya sarankan segera Tim Riset yang dibiayai APBN itu undang uji publik soal Keris Diponegoro. Paparkan hasil riset. Kalau keliru ya ngaku keliru, itu baru fair," ujar Fadli.

Fadli beranggapan bahwa hasil penelitiannya itu salah. Maka menurut dia, perlu dibuatkan debat publik mengenai Keris Naga Siluman Diponegoro agar tak menyesatkan sejarah. "Hasil penelitiannya salah Bro @BonnieTriyana. Saya yakin itu bukan Kyai Naga Siluman Diponegoro. Tim penelitian harus bertanggung jawab atas hasil penelitian dong, kan pakai uang negara," katanya.

Namun Bonnie malah mencecar Fadli supaya jawab dahulu pertanyaannya mengenai sudah baca atau belum hasil riset Dr. Jani Kuhnt-Saptodewo. "Pertanyaan saya belum bangbro jawab? Apakah sudah baca laporan riset Dr. Jani Kuhnt-Saptodewo? Soal riset lanjutan, kemarin saya sudah sampaikan kepada bangbroh bahwa sekarang sedang buat tim asal penelitian dari kita untuk lakukan penelitian terhadap benda bersejarah yang akan dipulangkan, termasuk keris-keris," jelas Bonnie.

Fadli pun mengaku belum baca hasil riset yang dipertanyakan Bonnie itu. Justru, Fadli meminta dikirimkan file dokumennya kepada Bonnie apabila ada. "Saya belum baca, baca dimana laporan penelitian hari gini? Kirim saja ke saya kalau ada pdf-nya. Tapi jangan alihkan topik. Topiknya keris yang dibawa bukan Keris Naga Siluman. Nah kenapa delegasi pemerintah tak libatkan ahli keris? Masa mau pengobatan batu pakai ahli batu?," cuit Fadli menjawab.

Fadli sudah bertemu dengan peneliti Museum Volkenkunde tahun 2017 dan mereka dianggap tak mengerti keris sama sekali, hanya merawat saja. "Tim yang berangkat Dirjen Kebudayaan, P Margana dan kamu juga nggak ada yang ngerti keris. Jadi ngapain? Harusnya bawa ahli keris. Kalau mau cocokkan data pakai email aja," ucapnya.

Akhirnya, Fadli menantang agar dibuatkan debat publik soal Keris Naga Siluman Diponegoro ini agar lebih jelas dan tak menyesatkan sejarah. "Saya yakin itu bukan Kyai Naga Siluman Diponegoro. Tim penelitian harus bertanggung jawab atas hasil penelitian dong, kan pakai uang negara," kata dia.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil

Ridwan Kamil Ekspor Kopi ke Belanda Senilai Rp4 Miliar

Ridwan memastikan proses ekspor bukti kualitas kopi Jawa Barat yang menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

img_title
VIVA.co.id
2 Maret 2022